Senin, 16 Desember 2013

Kehebatan Sang KekasihNya




(renungan maulid Nabi SAW dalam sketsa wahyu)
Oleh : M Junaidi Sahal Busryi


Yang kita tahu maulid Nabi itu tanggal 12 rabi’ul awwal tahun gajah, demikian yang populer dari riwayat Ibnu Ishaq. Padahal ada yang berpendapat tanggal 9, adapula yang mengatakan tanggal 8, bahkan ada yang mengatakan tanggal 2. Dan terkait tahun kelahirannyapun para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas mengatakan Beliau lahir di tahun gajah (570 masehi) ini yamg umum dipahami masyarakat. Namun ada yang mengatakan 15 tahun sebelum tahun gajah dan ada pula yang mengatakan beberapa tahun setelah tahun gajah. Akan tetapi terkait bulan kelahiran dan hari kelahirannya ,para ulama sepakat, yaitu Rabi’ul awwal dan hari senin. Padahal bulan dan hari tersebut tidak popular dikalangan bangsa arab, mengapa Rasulloh lahir di bulan dan hari tersebut?

Itu adalah pertanyaan dari DR As Sayyid Muhammad bin Alwi almaliki alhasani. Diantara 12 bulan ada bulan muharram yang suci dan lagi banyak kejadian dari sejarah para Nabi di bulan itu. Ada juga bulan rajab, dzul qo’dah, dzulhijjah, ramadhan, syawwal, yang kesemua bulan itu adalah suci dan sangat mashur dikalangan bangsa arab, namun kenapa Beliau SAW tidak lahir di bulan-bulan itu?. Demikian pula kenapa Nabi tidak lahir di hari jumat yang sayyidul ayyam/tuan para hari atau hari sabat dan ahad atau rabbo yang sangat popular dan dimuliakan dikalangan orang arab?

Jawabannya adalah bahwa itu semua ditujukan agar kemuliaan Nabi SAW bersifat khusus tanpa terpengaruh oleh bulan dan hari. Jangan sampai ada persepsi jika Rasululloh lahir di bulan muharram atau bulan suci lainnya akan  menjadi mulai karena bulan-bulan itu. Biarkan bulan dan hari yang mengikuti dan karena kemulian Nabi SAW, dan bukan sebaliknya. Itulah kurang lebih yang dikatakan DR Sayyid Muhammad. Betapa Hebat Rasululloh sebagai kekasihNYa, sehingga kelahirannya pun dipilihkan waktu yang tepat agar kemuliaannya menjadi khusus.

Dan kehebatan Rasululloh SAW  lainnya sebagai KekasihNya adalah ketika Beliau dihina oleh pamannya sendiri Abu Lahab, justru Yang Murka adalah Alloh SWT. Ibnu Abbas ra. Berkata, ”Pada suatu hari Rasulullah SAW keluar (dari rumahnya) lalu naik ke bukit dan berseru :”Ya Shabaahaah  (kata panggilan umum), wahai saudara-saudaraku datanglah!”. Maka berdatanganlah kebanyakan orang-orang Quraisy, kemudian nabi SAW bertanya kepada mereka:” ’ara’aitum in haddatstukum annal ‘aduwwa mushbihukum au munsikum,a kuntum tushoddiquuni?,qolu : “na’am”, qola: fa inni nadzirun lakum baina yadayya ‘adzabun syadid”, “Bagaimana pendapatmu jika aku mengatakan bahwa musuh akan menyerbu kalian diwaktu shubuh atau ashar, apakah kalian mempercayai aku?, mereka menjawab :  “Ya, kami percaya”, lalu nabi bersabda, ”(Apakah kalian juga percaya jika) aku memberi peringatan bahwa keadaan kalian ini akan membawa pada malapetaka dan siksa yang berat?”.  Mereka pun diam tidak menjawab. Dan tiba-tiba Abu Lahab berkata: ”Ya Muhammad, apakah hanya itu saja engkau menumpulkan kami?,  sunggguh celaka engkau !” (seraya tangannya menunjuk wajah nabi).

Melihat kekasihNya, dituding-tuding dan dicaci maki seperti itu, maka Alloh SWT mengadakan pembelaan kepada kekasihNya tersebut dengan firmanNya: ”Tabbat yadaa Abi Lahabin wa tabba…, binasalah kedua tangan Abi lahab dan dia telah binasa…”QS.Tabbat 1. ( Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya)

Dan tidak hanya sampai disitu, Alloh pun menghinakan kematiannya di dunia. Konon, Abu Lahab meninggal pada tahun ke-2 Hijriah setelah perang Badar, karena diserang penyakit lepra ganas. Teman-temannya takut tertulari, maka mereka enggan menguburkannya, tetapi setelah tiga hari mereka terpaksa menggali liang kubur lalu menyeret jasadnya dengan kayu panjang ke dalamnya, kemudian melempari batu dan tanah hingga menimbun jasadnya.

Perhatikanlah adzab Alloh bagi Abu Lahab yang telah menghina nabi SAW dan ajarannya. Namun ternyata Alloh masih memberikan rahmat kepadanya , dengan memberikan keringanan siksa. Dalam suatu riwayat di shohih Bukhori (dinukilpula oleh Ibnu Hajar dalam Fath Al Barinya, Abdur ar Razzaq dalam al Mushonnif juz 7, hal.478, Ibnu Katsir dalam As Siiroh An Nabawiyyah dari Al Bidayah juz 1, hal.224) menyebutkan bahwa setiap hari Senin Abu Lahab diringankan siksanya karena ia sangat bergembira dengan kelahiran kemenakannya, Muhammad SAW. Dan begitu gembiranya sehingga ia membebaskan budak perempuannya yang bernama Tsuwaybah ketika budak tersebut menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Al Musthofa tersebut.

Subhanallah ! lihatlah, manusia sekafir Abu Lahab yang seluruh hidupnya selalu mencela Nabi karena begitu membencinya , bahkan namanya diabadikan di Al Qur’an, sebagai nama yang penuh kebinasaan karena laknatNya kepadanya. Namun, karena suatu hal yaitu ia bergembira disaat kelahiran al Musthofa SAW, Alloh mengapresiasinya dengan meringankan siksaannya disetiap hari tersebut.

Lalu, bagaimanakah dengan hamba-hambaNya yang sepanjang usia dan hidupnya selalu ada cinta kepada Al Musthofa?, dan bagaimana pula dengan hamba-hambaNya yang dihatinya tidak ada sekecil atompun kebencian kepada nabi SAW?. Sungguh, Alloh akan lebih besar penghargaanNya dan pahalaNya kepada hamba –hamba yang selalu mencintainya dalam seluruh hidup mereka. 

Dalam hal ini Al hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin Ad Dimasyqiy berkata dalam sya’ir indahnya :
Jika orang kafir ini saja telah tertulis celaan baginya
Dengan Tabbat yadaahu,celakalah kedua tangannya
Di dalam neraka ia kekal selamanya
Ada riwayat bahwa setiap hari senin selamanya
Diringankan siksaan baginya
Karen kelahiran Ahmad ia bergembira
Maka..,bagaimanakah perkiraannya dengan hamba yang sepanjang usia
Dengan Ahmad ia selalu bergembira
Dan matipun ia bertuhid kepadaNya
( Haulal ihtifal bi dzikro al maulid an Nabi asy Syarif,Oleh As sayid Muhammad bi Alwy al Malikiy Al Hasaniy)


Alloh akan menghargai manusia-manusia yang beriman dan selalu bergembira dengan kelahiran Nabinya, karena hakekatnya, bergembira dengan kelahiran Nabi, sama saja ia telah bergembira dengan kelahiran Islam didunia ini.

Hati siapa yang tidak bergetar dengan kelahiran al Mustofa, karena kelahiran manusia terbaik itu telah turut menggetarkan istana Kisra dan empat belas balkonnya runtuh serta air danaunya meluap, bahkan api kerajaan Persia menjadi padam, padahal sebelumnya selama seribu tahun lebih tidak pernah padam.

Dan, kelahirannya juga ikut menggetarkan hati orang-orang Yahudi Yatsrib (yang jarak dengan kota mekah 480 km) - yang berharap nabi terakhir berasal dari golongannya. Diriwayatkan dari Hassan bin Tsabit, ia bercerita : ”Ketika aku masih kecil dan beranjak dewasa, pada waktu aku berumur 7 atau 8 tahun, tiba-tiba di Yatsrib ada seorang Yahudi yang berteriak kepada kami, ”Wahai para pemuka Yahudi !”, mereka semua berkumpul dan berkata, ”Ada apa dengan kamu?”, orang Yahudi itu berkata, ”Telah nampak bintang Ahmad yang dilahirkan malam ini.”

Hati siapa yang tidak bergetar dengan kelahiran manusia tercinta dijagad ini, yang ketika lahir, sebagaimana Aminah ra. menceritakan, ”Ia berlutut dengan kedua lututnya, memandang kearah langit kemudian menggenggam segenggam tanah, lalu tersungkur sujud. Ia dilahirkan dalam keadaan telah terpotong tali pusarnya, aku menyiapkan untuknya sebuah bejana dan aku lihat tempat itu tertutup darinya, ia menghisap ibu jarinya yang mengalirkan air susu.”(ibn Asakir)

Sungguh kelahirannya telah menjadi tonggak perubahan kearah yang lebih baik, kelahirannya telah menjadi sumber munculnya cahaya hidayah bagi kaum jahiliyah yang bodoh itu. Kelahirannya memang selalu dinanti oleh umat ini, karena lewat dialah kebahagiaan dunia dan akherat akan didapat. Maka apakah salah, kalau dengan kelahirannya kita bergembira?, apakah salah dengan kelahirannya kita memperingatinya?. Sungguh, tidak ada yang salah. Yang salah adalah Abu Lahab dengan kegembiraannya yang pertama kemudian tidak dilanjutkan dengan kegembiraan yang kedua yaitu gembira dengan risalah yang dibawanya.

Hati manusia tidaklah lebih keras dari istana dan balkon-balkon kerajaan Kisra.Hati manusia tidaklah lebih panas dari api abadi zoraester di Persia. Seharusnya manusia dengan hatinya yang lembut dan sejuk tersebut dapat menerima dan bergembira dengan kelahiran Rasululloh SAW. Dan seharusnya pula setiap manusia dapat mengukir kecintaan kepada Nabi SAW di hatinya yang nantinya akan terwujud dalam perilakunya. Sebagaimana Alloh telah mengukir nama Nabi di tiang ‘ArsyNya dan juga diukir di pintu-pintun, daun-daun dan kemah-kemah yang ada di surga. Sungguh hanya iblis dan pengikut-pengikutnya yang tidak bergembira dan menunggu kelahiran Habibina Muhammad SAW di dunia ini.

Dan Begitu hebatnya sang kekasih Alloh tersebut, sehingga Dia Alloh meletakkannya sebagai media untuk mendapatnya cintaNya bagi setiap hamba yang mengginginkan cintaNya. Artinya, manusia tidak akan mendapatkan cinta Alloh sebelum menempatkan RasulNya di hatinya sebagai cintanya yang sejati. Itulah yang dikatakan Alloh SWT dalam firmaNya QS Ali Imron 31 : “Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu” Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Hebatnya lagi, Alloh memberikan kepadanya fasilitas untuk dapat memohonkan ampunan atas dosa ummatnya kepadaNya. Alloh SWT berfirman dalam QS An Nisa’ 64 : ”Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Alloh. Sesungguhnya jikalau mereka menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Alloh dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

Renungkanlah!..Ayat tersebut adalah merupakan kemuliaan ummat Nabi Muhammad SAW di masa hidup beliau. Setiap waktu sahabat –sahabat beliau yang punya dosa dapat mendatanginya, memohon ampunan kepada Alloh SWT dan Nabi pun membantu memohonkan ampunan atas dosa mereka kepadaNya, sungguh bahagianya mereka yang hidup dimasa beliau. Namun bagaimana dengan ummatnya yang hidup setelah beliau tiada? Dapatkah Nabi SAW dimana ummatnya yang hidup dimasa setelah beliau tiada agar memohonkan ampunan atas dosanya kepada Alloh SWT?. Kiranya kisah dibawah ini yang sangat populer dikalangan pakar tafsir yang selalu dicantumkan ketika menafsirkan QS An Nisa’ 64 tersebut dapat menjadi jawaban yang melegakan seluruh ummat islam.

Al Imam Al Hafizh Syekh ‘Imaduddin Ibnu Katsir mengatakan, ada sekelompok ulama, diantaranya Syekh Abu Manshur Al Shabbagh dalam kitabnya, Asy Syamil, mengenai, ”Hikayat yang Terkenal”, dari Al ‘Utbi-mengatakan ”Ketika aku duduk dekat kuburan Nabi Muhammad, tiba-tiba datang seorang Arab (Badwi) yang berkata, ’Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepadamu, wahai Rasul Alloh. Aku pernah mendengar Alloh berfirman: ”Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya(berdosa) datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Alloh dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentu mereka mendapati Alloh Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS.An Nisa’:64).. Sekarang Sungguh aku telah datang kepadamu, wahai Nabi seraya memohon ampunan dosaku dan memohon syafa’at dengan perantaraa kemulianmu (untuk) menuju Tuhanku’. 

Setelah itu,dia bersyair:
Wahai sebaik-baik orang yang terkubur di lembah yang aku agungkan ini
Betapa semerbabnya lembah dan bukit ini karena keagungannya
Diriku aku tebuskan untuk engkau yang menempati kuburan ini
Padanya terdapat kesucian,kedermawanan dan kemuliaan

Orang Arab badwy itu lalu pergi. Dan ketika aku tertidur, aku bermimpi melihat Nabi Muhammad saw, Beliau bersabda, ”Temuilah orang Arab badwy itu dan beritakan kabar gembira kepadanya bahwa Alloh SWT telah mengampuni dosanya”.

Kisah itu disebutkan juga oleh Imam Nawawi dalam kitabnya yang terkenal Al Iidhah, pada bab VI halaman 498. Al Hafizh, ’Imaduddin Ibnu Katsir juga meriwayatkan dalam kitab tafsirnya khusunya ketika menafsirkan ayat wa lau annahum idz zhalamu anfusahum…Kisah itu bahkan diriwayatkan juga oleh Syekh Abu Muhammad Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughny III:556. Juga diriwayatkan oleh Syekh Abu Al Faraj bin Qudamah dalam Al Syarh Al Kabir III:495. Demikian pula diriwayatkan oleh Syekh Manshur bin Yunus Al Buuty dalam kitabnya yang terkenal, Kasysyaf Al Qina’  V halaman 30, yang termasuk kitab yang paling terkenal dikalangan Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal r.a. Demikian pula Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut, menyebutkan kisah tersebut.

Terlepas apakah kisah tersebut shohih atau dloif sanadnya, namun apakah mungkin ulama-ulama besar dan populer tersebut akan menyesatkan ummat islam dengan kisah itu?. Lebih-lebih, sya’ir yang diungkap badwy tersebut ternyata tertulis di tiang bagian muka makam Rasululloh SAW. Anehnya lagi tulisan tersebut terlihat dari kejauhan, apalagi dari dekat sejak ratusan tahun yang lalu hingga entah sampai kapan.. Betapa hebatnya Beliau sebagai kekasihNya sehingga diberi fasilitas seperti dalam ayat tersebut.

Mungkin ada yang berkata bahwa Nabi SAW telah mati dan tiada, dan tentu perkataan itu adalah tidak sopan, mengingat ada ayat Alloh dalam QS Ali Imron 169 yang artinya ;  “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeqi”. Perhatikan, terhadap para mujahid yang telah gugur saja kita dilarang untuk mengatakannya mati, apalagi kepada diri Rasululloh SAW yang karenanya para mujahid itu ada, dan karenanya pula syari’at tentang jihad di jalan Alloh tegak. Mana mungkin perkataan itu muncul dari orang yang berakal?, tentu tidak!.

Ingatlah ketika seseorang membaca doa tahiyyat dalam sholat,yang diantaranya ada kalimat;”…As salaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullohi wa barakatuh…”. Maka kalimat Ka / Engkau adalah kata ganti orang ke dua, artinya orang yang diajak bicara ada didepannya.Dan Ka / Engkau itu yang dimaksud adalah Rasululloh SAW, artinya kita memberikan salam kepada Rasululloh seolah beliau hidup dan ada didepan kita. Dan itu dilakukan oleh seorang muslim 17 kali dalam sehari, seolah berkomunikasi intensif dengan Beliau juga 17 kali. Subhanalloh.. Rasululloh hidup!, hidup Rasululloh!.

Dalam sebuah hadis Rasululloh pernah bersabda : “Hidupku menjadi kebaikan bagi kalian dan matiku pun menjadi kebaikan bagi kalian.Kalian berbicara dan kalianpun dibicarakan. Dilaporkan kepadaku seluruh amalan kalian, jika aku menemukan amalan kalian baik maka aku memuji Alloh, dan jika aku menemukan amalan kalian buruk maka aku memohonkan ampunan kepada Alloh untuk kalian. ”HR Al Bazzar, dishahihkan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Al Zawaid. Demikian pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Imam Nawawi menyebutkan isnadnya shohih dari Abu Huroiroh , Rasululloh SAW bersabda : ”Tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku kecuali Alloh SWT mengembalikan ruhku (agar aku Hidup) sehingga aku dapat menjawab salamnya.”

Dan Begitu hebatnya sang kekasih Alloh tersebut, sehingga Dia Alloh meletakkannya sebagai media untuk mendapatnya cintaNya bagi setiap hamba yang mengginginkan cintaNya.Artinya , manusia tidak akan mendapatkan cinta Alloh sebelum menempatkan RasulNya di hatinya sebagai cintanya yang sejati. Itulah yang dikatakan Alloh SWT dalam firmaNya QS Ali Imron 31 : “Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu” Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dari kehebatan Rasululloh yang dianugerahakan Alloh SWT tersebut, maka wajib hukumnya bagi ummat islam untuk menjadikan Makhluk terhebat itu yang paling dicintai dalam hidupnya. Dan cara yang paling indah untuk mencintainya adalah dengan :

a. Menjadikannya teladan yang abadi dalam kehidupan manusia(lihat Al Ahzab 21) ,dimulai dari urusan masuk ke wc hingga urusan bagaimana mendirikan sebuah Negara. Dari urusan yang menyangkut bagaimana berumah tangga yang baik hingga bagaimana bertetangga yang baik pula.

b. Mengamalkan syari’at Alloh dan RasulNya,dari mulai yang minimal yaitu melakukan yang wajib dan meninggalkan yang haram, hingga yang maksimal, yaitu mengamalkan sunnah-sunnahnya dan menjauhi semua yang makruh, bahkan hingga yang sempurna yaitu mengamalkan nafilah seperti sholat malam dan menjauhi yang mubah yang tidak ada manfaatnya untuk taqorrub kepada Alloh SWT.

c. Selalu lisan ini tidak kering dan bosan untuk besholawat kepadanya. Satu sholawat yang kita berikan kepada Rasululloh maka sepuluh rahmat yang kita dapatkan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Muslim. Tahukah anda berapa besar sepuluh rahmatNya itu?. Jika anda memiliki anak yang sakit selama seminggu, dan kemudian sehat  Setelah itu, apa yang anda rasakan?Anda pasti bahagia, dan kebahagiaan itu baru secuil dari satu rahmatNya!!.

Diceritakan bahwa ada seorang badwy yang bertanya kepada Rasululloh, kapan kiamat?. Rasululloh balik bertanya kepadanya ; Apa yang kamu siapkan menuju kiamat itu?, badwy itu menjawab, tidak banyak yang saya siapkan baik puasa, sholat dan shodaqoh saya (biasa-biasa saja), namun saya sangat mencintai Alloh dan RasulNya. Maka Rasululloh menjawab; “Engkau bersama dengan siapa yang engkau cintai”. HR Bukhori dan Muslim

Wallohu a’lam
Ya Alloh jadikan kami termasuk alkayyis

sumber: www.dar-alkayyis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar