(renungan maulid Nabi SAW dalam sketsa wahyu)
Oleh : M Junaidi Sahal Busryi
Yang kita tahu
maulid Nabi itu tanggal 12 rabi’ul awwal tahun gajah, demikian yang populer
dari riwayat Ibnu Ishaq. Padahal ada yang berpendapat tanggal 9, adapula yang
mengatakan tanggal 8, bahkan ada yang mengatakan tanggal 2. Dan terkait tahun
kelahirannyapun para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas mengatakan Beliau lahir
di tahun gajah (570 masehi) ini yamg umum dipahami masyarakat. Namun ada yang
mengatakan 15 tahun sebelum tahun gajah dan ada pula yang mengatakan beberapa
tahun setelah tahun gajah. Akan tetapi terkait bulan kelahiran dan hari
kelahirannya ,para ulama sepakat, yaitu Rabi’ul awwal dan hari senin. Padahal
bulan dan hari tersebut tidak popular dikalangan bangsa arab, mengapa Rasulloh
lahir di bulan dan hari tersebut?
Itu adalah
pertanyaan dari DR As Sayyid Muhammad bin Alwi almaliki alhasani. Diantara 12
bulan ada bulan muharram yang suci dan lagi banyak kejadian dari sejarah para Nabi
di bulan itu. Ada juga bulan rajab, dzul qo’dah, dzulhijjah, ramadhan, syawwal,
yang kesemua bulan itu adalah suci dan sangat mashur dikalangan bangsa arab,
namun kenapa Beliau SAW tidak lahir di bulan-bulan itu?. Demikian pula kenapa
Nabi tidak lahir di hari jumat yang sayyidul ayyam/tuan para hari atau
hari sabat dan ahad atau rabbo yang sangat popular dan dimuliakan dikalangan
orang arab?
Jawabannya
adalah bahwa itu semua ditujukan agar kemuliaan Nabi SAW bersifat khusus tanpa
terpengaruh oleh bulan dan hari. Jangan sampai ada persepsi jika Rasululloh
lahir di bulan muharram atau bulan suci lainnya akan menjadi mulai karena
bulan-bulan itu. Biarkan bulan dan hari yang mengikuti dan karena kemulian Nabi
SAW, dan bukan sebaliknya. Itulah kurang lebih yang dikatakan DR Sayyid
Muhammad. Betapa Hebat Rasululloh sebagai kekasihNYa, sehingga kelahirannya pun
dipilihkan waktu yang tepat agar kemuliaannya menjadi khusus.
Dan kehebatan
Rasululloh SAW lainnya sebagai KekasihNya adalah ketika Beliau dihina oleh
pamannya sendiri Abu Lahab, justru Yang Murka adalah Alloh SWT. Ibnu Abbas ra.
Berkata, ”Pada suatu hari Rasulullah SAW keluar (dari rumahnya) lalu naik ke
bukit dan berseru :”Ya Shabaahaah (kata panggilan umum), wahai
saudara-saudaraku datanglah!”. Maka berdatanganlah kebanyakan orang-orang
Quraisy, kemudian nabi SAW bertanya kepada mereka:” ’ara’aitum in
haddatstukum annal ‘aduwwa mushbihukum au munsikum,a kuntum tushoddiquuni?,qolu
: “na’am”, qola: fa inni nadzirun lakum baina yadayya ‘adzabun syadid”,
“Bagaimana pendapatmu jika aku mengatakan bahwa musuh akan menyerbu kalian
diwaktu shubuh atau ashar, apakah kalian mempercayai aku?, mereka menjawab :
“Ya, kami percaya”, lalu nabi bersabda, ”(Apakah kalian juga percaya
jika) aku memberi peringatan bahwa keadaan kalian ini akan membawa pada
malapetaka dan siksa yang berat?”. Mereka pun diam tidak menjawab. Dan
tiba-tiba Abu Lahab berkata: ”Ya Muhammad, apakah hanya itu saja engkau
menumpulkan kami?, sunggguh celaka engkau !” (seraya tangannya menunjuk
wajah nabi).
Melihat
kekasihNya, dituding-tuding dan dicaci maki seperti itu, maka Alloh SWT
mengadakan pembelaan kepada kekasihNya tersebut dengan firmanNya: ”Tabbat
yadaa Abi Lahabin wa tabba…, binasalah kedua tangan Abi lahab dan dia telah
binasa…”QS.Tabbat 1. ( Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya)
Dan tidak hanya
sampai disitu, Alloh pun menghinakan kematiannya di dunia. Konon, Abu Lahab
meninggal pada tahun ke-2 Hijriah setelah perang Badar, karena diserang
penyakit lepra ganas. Teman-temannya takut tertulari, maka mereka enggan
menguburkannya, tetapi setelah tiga hari mereka terpaksa menggali liang kubur
lalu menyeret jasadnya dengan kayu panjang ke dalamnya, kemudian melempari batu
dan tanah hingga menimbun jasadnya.
Perhatikanlah
adzab Alloh bagi Abu Lahab yang telah menghina nabi SAW dan ajarannya. Namun
ternyata Alloh masih memberikan rahmat kepadanya , dengan memberikan keringanan
siksa. Dalam suatu riwayat di shohih Bukhori (dinukilpula oleh Ibnu Hajar dalam
Fath Al Barinya, Abdur ar Razzaq dalam al Mushonnif juz 7, hal.478, Ibnu Katsir
dalam As Siiroh An Nabawiyyah dari Al Bidayah juz 1, hal.224) menyebutkan bahwa
setiap hari Senin Abu Lahab diringankan siksanya karena ia sangat bergembira
dengan kelahiran kemenakannya, Muhammad SAW. Dan begitu gembiranya sehingga ia
membebaskan budak perempuannya yang bernama Tsuwaybah ketika budak tersebut
menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Al Musthofa tersebut.
Subhanallah !
lihatlah, manusia sekafir Abu Lahab yang seluruh hidupnya selalu mencela Nabi
karena begitu membencinya , bahkan namanya diabadikan di Al Qur’an, sebagai
nama yang penuh kebinasaan karena laknatNya kepadanya. Namun, karena suatu hal
yaitu ia bergembira disaat kelahiran al Musthofa SAW, Alloh mengapresiasinya dengan
meringankan siksaannya disetiap hari tersebut.
Lalu,
bagaimanakah dengan hamba-hambaNya yang sepanjang usia dan hidupnya selalu ada
cinta kepada Al Musthofa?, dan bagaimana pula dengan hamba-hambaNya yang
dihatinya tidak ada sekecil atompun kebencian kepada nabi SAW?. Sungguh, Alloh
akan lebih besar penghargaanNya dan pahalaNya kepada hamba –hamba yang selalu
mencintainya dalam seluruh hidup mereka.
Dalam hal ini Al hafidz Syamsuddin
Muhammad bin Nashiruddin Ad Dimasyqiy berkata dalam sya’ir indahnya :
Jika orang kafir ini saja telah tertulis celaan
baginya
Dengan Tabbat yadaahu,celakalah kedua tangannya
Di dalam neraka ia kekal selamanya
Ada riwayat bahwa setiap hari senin selamanya
Diringankan siksaan baginya
Karen kelahiran Ahmad ia bergembira
Maka..,bagaimanakah perkiraannya dengan hamba yang
sepanjang usia
Dengan Ahmad ia selalu bergembira
Dan matipun ia bertuhid kepadaNya
( Haulal
ihtifal bi dzikro al maulid an Nabi asy Syarif,Oleh As sayid Muhammad bi Alwy
al Malikiy Al Hasaniy)
Alloh akan menghargai
manusia-manusia yang beriman dan selalu bergembira dengan kelahiran Nabinya,
karena hakekatnya, bergembira dengan kelahiran Nabi, sama saja ia telah
bergembira dengan kelahiran Islam didunia ini.
Hati siapa yang
tidak bergetar dengan kelahiran al Mustofa, karena kelahiran manusia terbaik
itu telah turut menggetarkan istana Kisra dan empat belas balkonnya runtuh
serta air danaunya meluap, bahkan api kerajaan Persia menjadi padam, padahal
sebelumnya selama seribu tahun lebih tidak pernah padam.
Dan,
kelahirannya juga ikut menggetarkan hati orang-orang Yahudi Yatsrib (yang jarak
dengan kota mekah 480 km) - yang berharap nabi terakhir berasal dari
golongannya. Diriwayatkan dari Hassan bin Tsabit, ia bercerita : ”Ketika aku
masih kecil dan beranjak dewasa, pada waktu aku berumur 7 atau 8 tahun,
tiba-tiba di Yatsrib ada seorang Yahudi yang berteriak kepada kami, ”Wahai para
pemuka Yahudi !”, mereka semua berkumpul dan berkata, ”Ada apa dengan kamu?”,
orang Yahudi itu berkata, ”Telah nampak bintang Ahmad yang dilahirkan malam
ini.”
Hati siapa yang
tidak bergetar dengan kelahiran manusia tercinta dijagad ini, yang ketika
lahir, sebagaimana Aminah ra. menceritakan, ”Ia berlutut dengan kedua lututnya,
memandang kearah langit kemudian menggenggam segenggam tanah, lalu tersungkur
sujud. Ia dilahirkan dalam keadaan telah terpotong tali pusarnya, aku
menyiapkan untuknya sebuah bejana dan aku lihat tempat itu tertutup darinya, ia
menghisap ibu jarinya yang mengalirkan air susu.”(ibn Asakir)
Sungguh
kelahirannya telah menjadi tonggak perubahan kearah yang lebih baik,
kelahirannya telah menjadi sumber munculnya cahaya hidayah bagi kaum jahiliyah
yang bodoh itu. Kelahirannya memang selalu dinanti oleh umat ini, karena lewat
dialah kebahagiaan dunia dan akherat akan didapat. Maka apakah salah, kalau
dengan kelahirannya kita bergembira?, apakah salah dengan kelahirannya kita
memperingatinya?. Sungguh, tidak ada yang salah. Yang salah adalah Abu Lahab
dengan kegembiraannya yang pertama kemudian tidak dilanjutkan dengan kegembiraan
yang kedua yaitu gembira dengan risalah yang dibawanya.
Hati manusia
tidaklah lebih keras dari istana dan balkon-balkon kerajaan Kisra.Hati manusia
tidaklah lebih panas dari api abadi zoraester di Persia. Seharusnya manusia
dengan hatinya yang lembut dan sejuk tersebut dapat menerima dan bergembira
dengan kelahiran Rasululloh SAW. Dan seharusnya pula setiap manusia dapat
mengukir kecintaan kepada Nabi SAW di hatinya yang nantinya akan terwujud dalam
perilakunya. Sebagaimana Alloh telah mengukir nama Nabi di tiang ‘ArsyNya dan
juga diukir di pintu-pintun, daun-daun dan kemah-kemah yang ada di surga. Sungguh
hanya iblis dan pengikut-pengikutnya yang tidak bergembira dan menunggu
kelahiran Habibina Muhammad SAW di dunia ini.
Dan Begitu
hebatnya sang kekasih Alloh tersebut, sehingga Dia Alloh meletakkannya sebagai
media untuk mendapatnya cintaNya bagi setiap hamba yang mengginginkan cintaNya.
Artinya, manusia tidak akan mendapatkan cinta Alloh sebelum menempatkan
RasulNya di hatinya sebagai cintanya yang sejati. Itulah yang dikatakan Alloh
SWT dalam firmaNya QS Ali Imron 31 : “Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar)
mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mencintai kamu dan mengampuni
dosa-dosamu” Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Hebatnya lagi,
Alloh memberikan kepadanya fasilitas untuk dapat memohonkan ampunan atas dosa
ummatnya kepadaNya. Alloh SWT berfirman dalam QS An Nisa’ 64 : ”Dan Kami
tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Alloh.
Sesungguhnya jikalau mereka menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon
ampun kepada Alloh dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Renungkanlah!..Ayat
tersebut adalah merupakan kemuliaan ummat Nabi Muhammad SAW di masa hidup
beliau. Setiap waktu sahabat –sahabat beliau yang punya dosa dapat
mendatanginya, memohon ampunan kepada Alloh SWT dan Nabi pun membantu
memohonkan ampunan atas dosa mereka kepadaNya, sungguh bahagianya mereka yang
hidup dimasa beliau. Namun bagaimana dengan ummatnya yang hidup setelah beliau
tiada? Dapatkah Nabi SAW dimana ummatnya yang hidup dimasa setelah beliau tiada
agar memohonkan ampunan atas dosanya kepada Alloh SWT?. Kiranya kisah dibawah
ini yang sangat populer dikalangan pakar tafsir yang selalu dicantumkan ketika
menafsirkan QS An Nisa’ 64 tersebut dapat menjadi jawaban yang melegakan
seluruh ummat islam.
Al Imam Al
Hafizh Syekh ‘Imaduddin Ibnu Katsir mengatakan, ada sekelompok ulama,
diantaranya Syekh Abu Manshur Al Shabbagh dalam kitabnya, Asy Syamil, mengenai,
”Hikayat yang Terkenal”, dari Al ‘Utbi-mengatakan ”Ketika aku duduk dekat
kuburan Nabi Muhammad, tiba-tiba datang seorang Arab (Badwi) yang berkata,
’Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepadamu, wahai Rasul Alloh. Aku pernah
mendengar Alloh berfirman: ”Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya
dirinya(berdosa) datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Alloh dan Rasul pun
memohonkan ampun untuk mereka, tentu mereka mendapati Alloh Maha Penerima tobat
lagi Maha Penyayang (QS.An Nisa’:64).. Sekarang Sungguh aku telah datang
kepadamu, wahai Nabi seraya memohon ampunan dosaku dan memohon syafa’at dengan
perantaraa kemulianmu (untuk) menuju Tuhanku’.
Setelah itu,dia bersyair:
Wahai
sebaik-baik orang yang terkubur di lembah yang aku agungkan ini
Betapa
semerbabnya lembah dan bukit ini karena keagungannya
Diriku aku
tebuskan untuk engkau yang menempati kuburan ini
Padanya
terdapat kesucian,kedermawanan dan kemuliaan
Orang Arab
badwy itu lalu pergi. Dan ketika aku tertidur, aku bermimpi melihat Nabi
Muhammad saw, Beliau bersabda, ”Temuilah orang Arab badwy itu dan beritakan
kabar gembira kepadanya bahwa Alloh SWT telah mengampuni dosanya”.
Kisah itu
disebutkan juga oleh Imam Nawawi dalam kitabnya yang terkenal Al Iidhah, pada
bab VI halaman 498. Al Hafizh, ’Imaduddin Ibnu Katsir juga meriwayatkan dalam
kitab tafsirnya khusunya ketika menafsirkan ayat wa lau annahum idz zhalamu
anfusahum…Kisah itu bahkan diriwayatkan juga oleh Syekh Abu Muhammad Ibnu
Qudamah dalam kitabnya Al Mughny III:556. Juga diriwayatkan oleh Syekh Abu Al
Faraj bin Qudamah dalam Al Syarh Al Kabir III:495. Demikian pula diriwayatkan
oleh Syekh Manshur bin Yunus Al Buuty dalam kitabnya yang terkenal, Kasysyaf Al
Qina’ V halaman 30, yang termasuk kitab yang paling terkenal dikalangan
Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal r.a. Demikian pula Imam Al-Qurthubi ketika
menafsirkan ayat tersebut, menyebutkan kisah tersebut.
Terlepas apakah
kisah tersebut shohih atau dloif sanadnya, namun apakah mungkin ulama-ulama
besar dan populer tersebut akan menyesatkan ummat islam dengan kisah itu?.
Lebih-lebih, sya’ir yang diungkap badwy tersebut ternyata tertulis di tiang
bagian muka makam Rasululloh SAW. Anehnya lagi tulisan tersebut terlihat dari
kejauhan, apalagi dari dekat sejak ratusan tahun yang lalu hingga entah sampai
kapan.. Betapa hebatnya Beliau sebagai kekasihNya sehingga diberi fasilitas
seperti dalam ayat tersebut.
Mungkin ada
yang berkata bahwa Nabi SAW telah mati dan tiada, dan tentu perkataan itu
adalah tidak sopan, mengingat ada ayat Alloh dalam QS Ali Imron 169 yang
artinya ; “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan
mendapatkan rezeqi”. Perhatikan, terhadap para mujahid yang telah gugur
saja kita dilarang untuk mengatakannya mati, apalagi kepada diri Rasululloh SAW
yang karenanya para mujahid itu ada, dan karenanya pula syari’at tentang jihad
di jalan Alloh tegak. Mana mungkin perkataan itu muncul dari orang yang
berakal?, tentu tidak!.
Ingatlah ketika
seseorang membaca doa tahiyyat dalam sholat,yang diantaranya ada kalimat;”…As
salaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullohi wa barakatuh…”. Maka
kalimat Ka / Engkau adalah kata ganti orang ke dua, artinya orang yang
diajak bicara ada didepannya.Dan Ka / Engkau itu yang dimaksud adalah
Rasululloh SAW, artinya kita memberikan salam kepada Rasululloh seolah beliau
hidup dan ada didepan kita. Dan itu dilakukan oleh seorang muslim 17 kali dalam
sehari, seolah berkomunikasi intensif dengan Beliau juga 17 kali. Subhanalloh..
Rasululloh hidup!, hidup Rasululloh!.
Dalam sebuah
hadis Rasululloh pernah bersabda : “Hidupku menjadi kebaikan bagi kalian dan
matiku pun menjadi kebaikan bagi kalian.Kalian berbicara dan kalianpun
dibicarakan. Dilaporkan kepadaku seluruh amalan kalian, jika aku menemukan
amalan kalian baik maka aku memuji Alloh, dan jika aku menemukan amalan kalian
buruk maka aku memohonkan ampunan kepada Alloh untuk kalian. ”HR Al Bazzar,
dishahihkan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Al Zawaid. Demikian pula dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Imam Nawawi menyebutkan isnadnya shohih
dari Abu Huroiroh , Rasululloh SAW bersabda : ”Tidak ada seorang pun yang
mengucapkan salam kepadaku kecuali Alloh SWT mengembalikan ruhku (agar aku
Hidup) sehingga aku dapat menjawab salamnya.”
Dan Begitu
hebatnya sang kekasih Alloh tersebut, sehingga Dia Alloh meletakkannya sebagai
media untuk mendapatnya cintaNya bagi setiap hamba yang mengginginkan
cintaNya.Artinya , manusia tidak akan mendapatkan cinta Alloh sebelum
menempatkan RasulNya di hatinya sebagai cintanya yang sejati. Itulah yang
dikatakan Alloh SWT dalam firmaNya QS Ali Imron 31 : “Katakanlah:”Jika kamu
(benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mencintai kamu dan
mengampuni dosa-dosamu” Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dari kehebatan
Rasululloh yang dianugerahakan Alloh SWT tersebut, maka wajib hukumnya bagi
ummat islam untuk menjadikan Makhluk terhebat itu yang paling dicintai dalam
hidupnya. Dan cara yang paling indah untuk mencintainya adalah dengan :
a.
Menjadikannya teladan yang abadi dalam kehidupan manusia(lihat Al Ahzab 21)
,dimulai dari urusan masuk ke wc hingga urusan bagaimana mendirikan sebuah
Negara. Dari urusan yang menyangkut bagaimana berumah tangga yang baik hingga
bagaimana bertetangga yang baik pula.
b. Mengamalkan
syari’at Alloh dan RasulNya,dari mulai yang minimal yaitu melakukan yang wajib
dan meninggalkan yang haram, hingga yang maksimal, yaitu mengamalkan
sunnah-sunnahnya dan menjauhi semua yang makruh, bahkan hingga yang sempurna
yaitu mengamalkan nafilah seperti sholat malam dan menjauhi yang mubah yang
tidak ada manfaatnya untuk taqorrub kepada Alloh SWT.
c. Selalu lisan
ini tidak kering dan bosan untuk besholawat kepadanya. Satu sholawat yang kita
berikan kepada Rasululloh maka sepuluh rahmat yang kita dapatkan, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh imam Muslim. Tahukah anda berapa besar sepuluh rahmatNya
itu?. Jika anda memiliki anak yang sakit selama seminggu, dan kemudian
sehat Setelah itu, apa yang anda rasakan?Anda pasti bahagia, dan
kebahagiaan itu baru secuil dari satu rahmatNya!!.
Diceritakan
bahwa ada seorang badwy yang bertanya kepada Rasululloh, kapan kiamat?.
Rasululloh balik bertanya kepadanya ; Apa yang kamu siapkan menuju kiamat itu?,
badwy itu menjawab, tidak banyak yang saya siapkan baik puasa, sholat dan
shodaqoh saya (biasa-biasa saja), namun saya sangat mencintai Alloh dan
RasulNya. Maka Rasululloh menjawab; “Engkau bersama dengan siapa yang
engkau cintai”. HR Bukhori dan Muslim
Wallohu a’lam
Ya Alloh
jadikan kami termasuk alkayyis
sumber: www.dar-alkayyis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar