Sabtu, 31 Mei 2014

Madza fi Sya’ban: Do’a di Bulan Sya’ban

  seri 13

sya'ban

Malan Nishfu Sya’ban, atau bahkan keseluruhan Sya’ban adalah momen agung dan tempat mulia untuk bersegera menuju kebaikan dengan segala macamnya, berlomba – lomba dalam mengambil sebab – sebabnya dari seluruh pintunya. Sya’ban merupakan masa utama penuh berkah – dan begitu pula setiap masa utama yang lain yang juga penuh berkah – yang seyogyanya seorang muslim memperbanyak amalan kebaikan di dalamnya.

Do’a adalah salah satu pintu terbesar untuk keluar dari kesusahan. Ia adalah kunci kebutuhan, tempat berhibur mereka yang tertimpa kesedihan, tempat mengungsi mereka yang sedang dalam kondisi memprihatinkan dan ia merupakan tempat bernafas mereka yang terhimpit aneka ragam kebutuhan. Karena itulah Allah ta’aalaa memerintahkan: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batasQS al A’raf : 55.Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”QS Ghafir / al Mu’min: 60.


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira seseorang yang mendapat ilham / petunjuk untuk berdo’a sebagai termasuk orang – orang  yang mendapat belas kasihNa:
مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللهُ شَيْئًا – يَعْنِي أَحَبَّ إِلَيْهِ – مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ
Barang siapa yang pintu do’a terbuka untuknya berarti terbukalah pintu rahmat baginya. Dan Allah tidak dimintai sesuatu – yang lebih Dia sukai – daripada ia dimintai Afiyah” (HR Turmudzi – Hakim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga memberikan kabar gembira bahwa orang yang berdo’a mendapat penjagaan Allah dan memperoleh pengamanan khusus di mana hal itu laksana sebuah senjata baginya untuk memerangi musuh – musuh demi membela diri. Beliau bersabda:
الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ
Do’a adalah senjata orang beriman, tiang agama dan cahaya langit dan bumi”(HR Hakim, ia berkata: Hadits ini sanadnya shahih)

 لاَ تَعْجِـزُوْا فِى الدُّعَاءِ فَإِنَّهُ لَنْ يَهْلِكَ مَعَ الدُّعَاءِ أَحَدٌ
Jangan merasa lemah dalam berdo’a karena sesungguhnya seseorang tidak akan pernah hancur jika bersama do’a” (HR Ibnu Hibban)

 أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يُنْجِيْكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَيُدِرُّ لَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ؟ تَدْعُوْنَ الله فِى لَيْلِكُمْ وَنَهَارِكُمْ فَإِنَّ الدَُعَاءَ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ
Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang menyelamatkan kalian dari musuh, dan melancarkan rizki kalian? Kalian berdo’alah kepada Allah pada siang dan malam kalian karena sesungguhnya do’a adalah senjata orang beriman”(HR Abu Ya’la)

Beliau shallallahu alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada orang yang berdo’a bahwa do’anya dikabulkan, penghadapannya kepada Allah diterima. Beliau bersabda:
إِنَّ الله حَيِّيٌ كَرِيْمٌ يَسْتَحِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
Sesungguhnya Allah Dzat Maha Pemalu Maha Pemurah. Dia malu jika seseorang mengangkat tangan kepadaNya untuk mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong dan rugi keduanya”(HR Abu Dawud Turmudzi Ibnu Majah Ibnu Hibban Hakim)

إِنَّ اللهَ رَحِيْمٌ كَرِيْمٌ يَسْتَحِي مِنْ عَبْدِهِ أَنْ يَرْفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ ثُمَّ لاَ يَضَعُ فِيْهِمَا خَيْرًا
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih Maha Pemurah, Dia malu kepada hambaNya yang mengangkat kedua tangan kepadaNya kemudian Dia tidak meletakkan kebaikan di kedua tangan itu”(HR Hakim)

Rasululllah shallallahu alaihi wasallam juga menjelaskan cara mendapatkan pengkabulan tersebut dan bahwa pengkabulan itu seluruhnya baik bagi orang yang berdo’a yang akan didapatkannya secara langsung atau dalam rentang waktu. Jadi seluruh kondisi orang yang berdo’a itu baik; ia mengerti atau tidak mengerti. Beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ بِدَعْـوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ الله إِحْـدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ بِدَعْـوَتِهِ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِـرَهَا لَهُ فِى الْلآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّـوْءِ مِثْلِهَا , قَالُوْا : إِذًا نُكْثِرُ , قَالَ : ألله أَكْثَرُ
Tiada seorang muslim yang berdo’a yang di dalamnya tidak ada dosa dan tidak ada pemutusan kerabat kecuali Allah memberinya salah satu tiga; 1)segera memberikan permintaannya, 2) menyimpan untuknya di akhirat, dan 3) ada kalanya memalingkan keburukan darinya yang sepadan do’a itu” para sahabat bertanya: “Kalau begitu kami memperbanyak” Beliau bersabda: “Allah lebih banyak” (HR Ahmad Bazzar Abu Ya’la dengan sanad jayyid Hakim)

Beliau shallallahu alaihi wasallam juga mengabarkan bahwa  do’a bisa menahan serangan bencana yang menggerogoti serta meringankan takdir Allah dengan takdir Allah. Beliau bersabda: Kewaspadaan tidak bisa menyelamatkan dari takdir. Sedang Do’a bermanfaat  dari sesuatu yang telah terjadi dan sesuatu yang belum terjadi. Sungguh bencana pasti akan turun, kemudian disambut oleh Do’a. Mereka kemudian  saling beradu sampai hari kiamat “ (HR Bazzar Thabarani Hakim). Nabi Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ
“ Qodho tidak bisa dicegah kecuali oleh do’a dan tidak menambah umur kecuali kebaikan “ (HR Turmudzi) 

Beliau shallallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan bahwa jalan menuju pengkabulan do’a adalah terus menerus (Istimrar) dalam meminta dan senantiasa memohon kepada Allah dalam setiap waktu. Beliau bersabda:
مَنْ سَـرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ الله لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الدُّعَاءِ فِى الرَّخَاءِ
“Barang siapa yang senang dikabulkan Allah ketika dalam kesusahan maka hendaknya ia memperbanyak do’a dalam waktu senang”(HR Turmudzi Hakim)

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللهِ مِنَ الدُّعَاءِ فِى الرَّخَاءِ
Tiada sesuatu yang lebih mulian bagi Allah melebihi do’a di waktu senang”(HRTurmudzi Ibnu Majah Ibnu Hibban Hakim)

Hadits – hadits di atas dan lain – lainnya menunjukkan bahwa do’a merupakan salah satu sebab terkuat guna menolak hal yang tidak menyenangkan. Do’a adalah musuh bencana, ia menolak dan mengatasi bencana , menghalangi turunnya bencana dan menghilangkannya, atau meringankan bencana jika terlanjur turun seperti disebutkan dalam hadits terdahulu yang memberikan faedah adanya tiga kondisi terkait posisi do’a dan bencana;

Pertama :
do’a lebih kuat dari bencana. Dalam kondisi ini do’a bisa menolak bencana.


Kedua :                    
do’a lebih lemah dari bencana dan bencana lebih kuat darinya sehingga seorang hamba akhirnya tertimpa bencana tetapi do’a masih bisa meringankan bencana tersebut meski  lemah.


Ketiga :
do’a dan bencana seimbang sehingga satu sama lain saling menolak. 


Kendati demikian terkadang pengaruh do’a terlambat karena ia lemah sebab statusnya sebagai do’a yang tidak disukai Allah karena di dalamnya ada unsur permusuhan, atau sebab kelemahan hati (orang yang berdo’a) dan ketiadaan konsentrasinya menghadap kepada Allah ketika  berdo’a. Dalam keadaan seperti ini do’a laksana busur yang sangat lembek sehingga  anak panah yang meluncur darinya pun lemah, atau karena ada penghalang  bagi  do’a itu untuk dikabulkan yang berupa memakan yang haram, dosa – dosa yang berkarat dalam hati serta kelupaan, syahwat dan kesenangan yang menguasainya sebagaiman dalam Mustadrak Imam Hakim dari Abu Hurairah ra dari Nabi shallallahu alaihi wasallam:
أُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ . وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
                                 “Berdo’alah kalian kepada Alloh seraya meyakini pasti dikabulkan. Dan mengertilah                                        bahwa Alloh tidak menerima do’a dari orang yang hatinya lalai dan lupa “

Jadi do’a adalah obat mujarab penghilang bencana, akan tetapi hati yang melupakan Allah melemahkan kekuatannya seperti halnya makanan haram yang juga menghilangkan dan melemahkan kekuatannya seperti hadits dari Abu Hurairah ra. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Dzat yang bagus tidak menerima kecuali yang bagus dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang – orang beriman dengan apa yang diperintahkanNya kepada para utusan, Dia pun berfirman, “Wahai para utusan, makanlah kalian dari yang bagus dan kerjakanlah yang shaleh karena sesungguhnya Aku Mengetahui apa yang kalian kerjakan”(al Mu’minun : 51)dan Dia berfirman, “Hai orang – orang yang beriman makanlah dari sesuatu – sesuatu yang bagus yang telah Aku karuniakan kepada kalian”(al Baqarah : 172)” kemudian Dia menyebutkan seseorang yang jauh melakukan perjalanan dengan rambut awut – awutan dan tubuh berlepotan debu yang menjulurkan kedua tangannya ke langit, “Ya Tuhan, ya Tuhan” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dibesarkan dengan makanan haram maka bagaimana mungkin ia dikabulkan?” (HR Muslim)

Abdullah bin Imam Ahmad menyebutkan (dalam Kitabuz Zuhdi. Milik ayahnya):
Bani Isra’il tertimpa bencana. Mereka lalu keluar menuju sebuah tempat. Allah kemudian mewahyukan kepada nabiNya; “Kabarkan bahwa mereka keluar ke tempat rata (Sh’aid) dengan tubuh – tubuh yang najis. Mereka menjulurkan kepadaKu  telapak – telapak tangan yang telah digunakan mengalirkan darah. Dengan telapak – telapak tangan itu pula mereka memenuhi rumah mereka dengan yang haram. Sekarang ketika kemarahanKu menjadi sangat kepada kalian maka kalian tidak bertambah dariKu kecuali semakin jauh”.
Abu Dzar ra berkata: [Cukup do’a bersama kebaikan sebanding dengan garam bersama makanan][1]

Do’a Nishfu Sya’ban

Tidak ada do’a tertentu secara khusus dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkait malam Nishfu Sya’ban seperti halnya tidak ada shalat tertentu yang secara khusus dalam malam Nishfu Sya’ban. Yang ada hanyalah dorongan agar malam itu dihidupkan secara mutlak dengan do’a dan ibadah. Karena itu barang siapa membaca, berdo’a, shalat, sedekah atau melakukan amal apa saja yang bisa dilakukannya dari berbagai macam amalan ibadah berarti ia telah menghidupkan malam itu dan insya Allah mendapatkan pahala atas semuanya.

Aisyah ra menceritakan kisah yang cukup panjang:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk ke bilikku. Beliau kemudian melepas kedua bajunya tetapi belum sempat selesai, Beliau lalu memakainya kembali. Aku pun merasa cemburu dan menyangka Beliau pergi ke bilik salah satu isteri yang lain. Aku lalu keluar mengikutinya dan ternyata Beliau berada di Baqi, Baqi’ al Gharqad guna memohon ampunan bagi para lelaki dan para wanita beriman serta para syuhada’. Aku lalu berkata[2]: “Demi ayah dan ibuku, engkau berada dalam kebutuhan Tuhanmu sedang aku berada dalam kebutuhan dunia” aku lalu berpaling dan kembali ke bilikku dengan suara desahan nafas yang keras. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyusulku dan bertanya, “Kenapa nafasmu seperti ini wahai Aisyah?”  aku menjawab: “Demi ayah dan ibuku, engkau datang kepadaku, melepas kedua baju kemudian tidak lama engkau bangkit dan memakainya kembali. Saya merasa sangat cemburu dan menyangka engkau datang kepada salah seorang isterimu. Sampai akhirnya saya melihat engkau berada di Baqi’ dan melakukan apa yang engkau lakukan” Beliau lalu bersabda: “Wahai Aisyah, apakah engkau khawatir Allah dan RasulNya meninggalkanmu? Jibril alaihissalam datang kepadaku dan mengatakan: “Malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, di dalamnya Allah memiliki banyak orang yang terbebaskan dari neraka sebanyak bulu kambing suku Kalb, di malam ini Allah tidak melihat orang musyrik, tidak kepada musyahin, tidak kepada orang yang menjutaikan pakaian, tidak kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan tidak kepada orang yang kecanduan arak.”

Beliau kemudian melepas kedua pakaiannya dan lalu bersabda kepadaku, “Wahai Aisyah, apakah kamu memberiku izin untuk ber qiyam pada malam ini?” aku menjawab: “Ia, demi ayah dan ibuku”. Beliau lalu bangkit melakukan shalat dan bersujud lama sampai aku mengira Beliau telah tiada. Aku bangkit dan menaruh tanganku pada kedua telapak kakinya dan ternyata masih bergerak. Aku pun senang dan lalu mendengar dalam sujud itu Beliau mengucapkan:
أَعُوْذُ بِعَفْـوِكَ مِنْ عِقَابِكَ وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ جَلَّ وَجْهُكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Saya memohon perlindungan dengan maafMu dari siksaanMu. Saya berlindung dengan ridhoMu dari kemarahanMu. Saya berlindung denganMu dariMu Maha agung DzatMu. Saya tidak bisa menghitung pujian atasMu seperti Engkau memuji diriMu”

Pagi harinya aku menyebutkan bacaan tersebut di hadapan Beliau, dan Beliau bersabda: “Wahai Aisyah, pelajarilah bacaan tersebut!”  “Ia” jawabku. Beliau bersabda: “Pelajarilah dan ajarkanlah! karena Jibril alaihissalam mengajarkannya kepadaku dan memerintahkan agar aku mengulang – ulangnya dalam sujud ”  (Dalam Targhib disebutkan: Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi)

Dalam riwayat lain disebutkan pula dari Aisyah ra:
Kebetulan malam Nishfu Sya’ban adalah malamku, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berada bersamaku. Ketika tengah malam aku kehilangan Beliau. Rasa cemburu sebagai wanita pun menghinggapiku. Akhirnya dengan menutup wajah akupun keluar mencari Beliau di bilik para isterinya. Aku tidak menemukan sehingga akupun kembali ke bilikku dan ternyata aku mendapatkan Beliau shallallahu alaihi wasallam seperti halnya baju yang tercampakkan dan dalam sujud itu Beliau mengucapkan:
سَجَدَ لَكَ خَيَالِي وَسَـوَادِي وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِي فَهَذِهِ يَدِي وَمَا جَنَيْتُ بِهَا عَلَى نَفْسِي يَا عَظِيْمُ يُرْجَى لِكُلِّ عَظِيْمٍ يَا عَظِيْمُ اغْفِرْ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ
Khayalan dan hatikuku bersujud kepadaMu, hatiku beriman denganMu, maka inilah tangan yang saya pergunakan bertindak jinayah terhadap diriku sendiri. Duhai Dzat Maha Agung yang diharapkan untuk (mengampuni) dosa yang agung. Wahai Dzat Maha Agung, ampunilah dosa yang agung. Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakan serta merobek pendengaran dan matanya”

Beliau lalu bangkit mengangkat kepala dan lalu bersujud lagi dan berucap:
أَعُوْذُ بِعَفْـوِكَ مِنْ عِقَابِكَ وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ جَلَّ وَجْهُكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ أَقُوْلُ كَمَا قَالَ أَخِي دَاوُدُ: أَعْفِرُ وَجْهِي فِى التُّرَابِ لِسَيِّدِي وَحَقَّ لَهُ أَنْ يَسْجُدَ
Saya memohon perlindungan dengan maafMu dari siksaanMu. Saya berlindung dengan ridhoMu dari kemarahanMu. Saya berlindung denganMu dariMu Maha agung DzatMu. Saya tidak bisa menghitung pujian atasMu seperti Engkau memuji diriMu. Saya berkata seperti saudaraku Dawud berkata, “Saya membenamkan wajahku dalam tanah demi Tuhanku dan memang ia berhak untuk bersujud”

Beliau lalu mengangkat kepala dan berdo’a:
أَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي قَلْباً نَقِيًّا مِنَ الشِّرْكِ نَقِيًّا لاَحَافِيًا وَلاَ شَقِيًّا
Ya Allah, karuniakanlah kepadaku hati yang bersih dari syirik bersih tidak cerewet (banyak bertanya) juga bukan celaka”

Setelah itu Beliau masuk dalam selimut bersamaku, sementara desahan nafasku begitu keras sehingga Beliau bertanya, “Ada apa dengan desahan nafas ini wahai Humaira’?” akupun menceritakan kepada Beliau dan Beliau lalu mengusap lututku seraya bersabda: “Celakalah dua lutut ini, apa yang ditemukannya pada malam ini, ini adalah malam Nishfu Sya’ban yang di dalamnya Allah turun ke langit dunia dan memberikan ampunan kepada para hambaNya kecuali orang musyrik dan musyahin” (Kedua hadits di atas adalah dha’if)
Masih dari Aisyah ra. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun di malam hari. Beliau pun shalat dan memperpanjang sujud hingga aku menduga Beliau telah tiada. Melihat hal itu aku bangkit dan menggerakkan jari jempolnya dan ternyata bergerak. Aku lalu kembali dan mendengar Beliau shallallahu alaihi wasallam dalam sujud mengucapkan:
 أَعُوْذُ بِعَفْـوِكَ مِنْ عِقَابِكَ وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ جَلَّ وَجْهُكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Saya memohon perlindungan dengan maafMu dari siksaanMu. Saya berlindung dengan ridhoMu dari kemarahanMu. Saya berlindung denganMu dariMu Maha agung DzatMu. Saya tidak bisa menghitung pujian atasMu seperti Engkau memuji diriMu

Ketika Beliau bangun dari sujud dan menyelesaikan shalatnya maka Beliau bersabda: “Wahai Aisyah – atau Ya Humaira’ – apakah kamu menyangka sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam menipumu?” aku menjawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, tetapi saya menyangka engkau telah tiada karena sujudmu yang lama” 

Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kamu malam apakah ini?” aku menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui “ Beliau bersabda: “Ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Sesungguhnya Allah azza wajalla melihat kepada para hambaNya pada malam Nishfu Sya’ban dan lalu memberikan ampunan orang-orang yang memberikan ampunan dan mengasihi orang-orang yang memohon kasih sayang sementara Dia mengakhirkan pemilik kedengkian..” (HR Baihaqi dari jalur Ala’ bin Harits dari Aisyah ra) Imam Baihaqi berkata: Ini hadits Mursal Jayyid karena Ala’ tidak pernah mendengar dari Aisyah ra.
Dikatakan: Khoosa bihi , ketika ia mengkhianatinya dan tidak memenuhi haknya. Maksud hadits di atas adalah: “Apakah kamu menyangka aku menipumu dan pergi pada malammu kepada selainmu?”[3].

Do’a Masyhur dan Mujarab

Ada berlaku kebiasaan membaca do’a ini secara tertib bersama dengan surat Yasin. Do’a yang dimaksud adalah:
أَللَّهُمَّ يَاذَالْمَـنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْـرَامِ يَا ذَالطَّوْلِ وَاْلإِنْعَامِ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِئِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأَمْنَ الْخَائِفِيْنَ . أَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْـتَنِي عِنْدَكَ (فِى أُمِّ الْكِتَابِ) شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقَـتَّرًا عَلَيَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَإِقْتَـارِ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِى أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّـقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْـزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ : (( يَمْحُو الله مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ)) إِلَهِي بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْـرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَـنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لاَ نَعْلَمُ وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَـزُّ اْلأَكْرَمُ
Ya Allah Dzat pemilik anugerah dan tidak diberikan anugerah atasNya. Wahai Dzat Maha Agung Maha Mulia. Wahai Dzat pemilik anugerah dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selainMu, Engkau tempay bersandar orang-orang yang mengungsi, tempat mencari selamat orang-orang yang mencari selamat, dan  tempat aman bagi orang-orang yang ketakutan. Jika Engkau telah menulisku di sisiMu (dalam Ummul Kitab) sebagai orang yang celaka atau terhalang, terusir atau disedikitkan rizki maka hapuslah, Ya Allah dengan anugerahMu, kecelakaanku, keterhalanganku, keterusiranku dan sedikitnya rizkiku serta tetapkanlahku di sisiMu dalam Ummul Kitab sebagai orang yang beruntung, diberikan rizki dan diberikan pertolongan menuju kebaikan karena sesungguhnya Engkau berfirman dan firmanMu itu hak dalam kitabMu yang diturunkan atas lisan NabiMu yang terutus, “Allah Menghapus apa yang Dia kehendaki dan Menetapkan dan di sisiNyalah Ummul Kitab”QS Ar Ra’ad : 39. Ya Tuhanku, dengan Tajalli (menampak) A’zham di malam Nishfu Sya’ban yang mulia yang di dalamnya diputuskan segala urusan yang kokoh dan dipastikan, saya memohon kepadaMu agar Engkau menyingkap dariku bencana yang ku ketahui dan yang tidak ku ketahui dan apa yang Engkau lebih mengetahui, sesungguhnya Engkau lebih mulia lebih agung. Washallallahu ala sayyidinaa Muhammad wa alaa aalihii washahbihi wasallam.

Aku (Abuya) berkata: Ungkapan, “Jika Engkau telah menulisku di sisiMu…”  jika ditahqiq dan diteliti maka itulah yang benar karena kebanyakan dalam kitab-kitab yang ada menambahkan kata, “Dalam Ummul Kitab”, ini jelas salah dan mungkin juga kesalahan dari penulis, karena apa yang di Ummul Kitab tidak bisa dihapus atau ditetapkan sebagaimana firmanNya, “Allah Menghapus apa yang Dia kehendaki dan Menetapkan. dan di sisiNyalah Ummul Kitab” masalah ini telah aku konsultasikan kepada para guruku dari para imam ahli hadits dan semuanya membenarkanku.

Beberapa poin dari do’a di atas ada yang warid dari Abdullah bin Mas’ud ra seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf, Ibnu Abi Dun’ya dalam Ad Du’a. Ibnu Mas’ud berkata: Seorang hamba tidak berdo’a dengan do’a-do’a ini kecuali Allah meluaskan penghidupannya. Do’a itu ialah:
أَللَّهُمَّ يَاذَالْمَـنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْـرَامِ يَا ذَالطَّوْلِ وَاْلإِنْعَامِ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِئِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأَمْنَ الْخَائِفِيْنَ . أَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْـتَنِي عِنْدَكَ (فِى أُمِّ الْكِتَابِ) شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقَـتَّرًا عَلَيَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَإِقْتَـارِ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِى أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّـقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْـزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ : (( يَمْحُو الله مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ))
Ya Allah Dzat pemilik anugerah dan tidak diberikan anugerah atasNya. Wahai Dzat Maha Agung Maha Mulia. Wahai Dzat pemilik anugerah dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selainMu, Engkau tempay bersandar orang-orang yang mengungsi, tempat mencari selamat orang-orang yang mencari selamat, dan  tempat aman bagi orang-orang yang ketakutan. Jika Engkau telah menulisku di sisiMu (dalam Ummul Kitab) sebagai orang yang celaka atau terhalang, terusir atau disedikitkan rizki maka hapuslah, Ya Allah dengan anugerahMu, kecelakaanku, keterhalanganku, keterusiranku dan sedikitnya rizkiku serta tetapkanlahku di sisiMu dalam Ummul Kitab sebagai orang yang beruntung, diberikan rizki dan diberikan pertolongan menuju kebaikan karena sesungguhnya Engkau berfirman dan firmanMu itu hak dalam kitabMu yang diturunkan atas lisan NabiMu yang terutus, “Allah Menghapus apa yang Dia kehendaki dan Menetapkan dan di sisiNyalah Ummul Kitab”QS Ar Ra’ad : 39

Do’a-do’a Ma’tsur dari Salaf

Ada pula do’a-do’a yang ma’tsur (dinukil) dari Salaf radhiyallahu anhum) yang memang bukan khusus untuk malam Nishfu Sya’ban, akan tetapi sebagian ahli makrifat menganggap bagus bila do’a tersebut dibaca pada malam ini (Nishfu Sya’ban) bahkan pada setiap malam jika memungkinkan sesuai kadar kemampuan. Di antara do’a-do’a tersebut adalah do’a Lailatul Qodr dan layak dibaca pada malam Nishfu Sya’ban sebagai malam paling utama setelah Lailatul Qodr:
أَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُـوٌّ تُحِبُّ الْعَفْـوَ فَاعْفُ عَنِّي أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْـوَ وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf Maha Pemurah, Engkau suka memaafkan maka maafkanlah saya. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon maaf, afiyah dan keselamatan agama dan  dunia serta akhirat”

Do’a Nabi Adam alaihissalam

Di antara do’a yang utama dibaca adalah yang diriwayatkan oleh segolongan ahli hadits dengan sanad yang tidak bermasalah dari Abu Barzah ra. Ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: [Ketika diturunkan ke bumi, Nabi Adam berthawaf selama seminggu dan shalat di belakang Maqam dua rakaat. Selanjutnya Beliau berdo’a:
أَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ سِـرِّيْ وَعَلاَنِيَّتِي فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِي . وَتَعْلَمُ حَاجَتِي فَأَعْطِنِي سُـؤْلِي وَتَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي . أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِي وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّي أَعْلَمَ أَنَّهُ لاَ يُصِيْبُنِي إِلاَّ مَا كَتَبْتَ لِي وَرَضِّـنِي بِقَضَائِكَ
Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui dalam dan luarku maka terimalah alasanku. Engkau mengetahui kebutuhanku maka berikanlah permintaanku. Engkau mengerti apa yang ada dalam diriku maka ampunilah dosaku. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadaMu iman yang melekat dengan hatiku, keyakinan yang sungguh-sungguh sehingga saya mengerti bahwa tidak menimpaku kecuali sesuatu yang Engkau tulis untukku dan relakanlah daku akan keputusanMu”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melanjutkan:

فَأَوْحَي اللهُ إِلَيْهِ : يَا آدَمُ إِنَّكَ دَعَوْتَنِي بِدُعَاءٍ فَاسْتَجَبْتُ لَكَ فِيْهِ , وَلَنْ يَدْعُوَنِي بِهِ أَحَدٌ مِنْ ذُرِّيَـتِكَ مِنْ بَعْدِكَ إِلاَّ اسْتَجَبْتُ لَهُ وَغَفَرْتُ لَهُ ذَنْـبَهُ وَفَرَّجْتُ هَمَّهُ وَغَمَّهُ وَاتَّجَرْتُ لَهُ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تَاجِرٍ وَأَتَـتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً وَإِنْ كَانَ لاَ يُرِيْدُهَا
 ”Allah lalu mewahyukan kepada Adam; ”Wahai Adam, sesungguhnya kamu telah memohon kepadaKu dengan permohonan maka Aku mengabulkan permohonanmu. Dan tiada seorang dari keturunanmu yang berdo’a dengan do’a itu setelahmu kecuali Aku pasti mengabulkannya, mengampuni dosanya, menghilangkan kesusahannya dan aku berdagang untuknya dari belakang setiap pedagang, dan akan datang kepadanya dunia secara memaksa meski ia tidak menginginkannya”

Do’a al Jailani

Do’a ini dinisbatkan kepada Imam Syekh Abdul Qadir al Jailani dan bagus dibaca pada malam ini:
أَللَّهُمَّ إِذْ أَطْلَعْتَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ عَلَى خَلْقِكَ فَعُـدْ عَلَيْـنَا بِمَنِّكَ وَعِتْقِكَ وَقَـدِّرْ لَـنَا مِنْ فَضْلِكَ وَاسِعَ رِزْقِكَ وَاجْعَلْـنَا مِمَّنْ يَقُوْمُ لَكَ فِيْهَا بَعْضَ حَقِّـكَ . أَللَّهُمَّ مَنْ قَضَيْتَ فِيْهَا بِوَفَاتِهِ فَاقْضِ مَعَ ذَلِكَ لَهُ رَحْمَتَكَ وَمَنْ قَدَّرْتَ طُوْلَ حَيَاتِهِ فَاجْعَلْ لَهُ مَعَ ذَلِكَ نِعْمَتَكَ وَبَلِّغْـنَا مَا تَبْلُغُ الآمَالُ إِلَيْهِ يَا خَيْرَ مَنْ وَقَفَتْ الأَقْـدَامُ بَيْنَ يَدَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى الله تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ya Allah, ketika Engkau menampak kepada hambaMu pada bulan sya’ban maka kembalilah kepadaku dengan anugerah dan pembebasanMu, takdirkan untukku keluasan rizki dari anugerahMu dan jadikanlah kami termasuk orang yang memenuhi sebagian hakMu di malam itu. Ya Allab, barang siapa yang di dalamnya Engkau putuskan kewafatannya maka putuskan pula beserta itu kasih sayangMu untuknya. Barang siapa yang Engkau takdirkan panjang hidupnya maka jadikan untuknya nikmatMu beserta hal itu. Sampaikanlah kami pada segala yang digapai oleh cita-cita duhai sebaik-baik Dzat tempat berpijak telapak-telapak kaki di hadapanNya duhai Tuhan semesta alam dengan kasih sayangMu duhai paling pengasih di antara para pengasih. Washallallahu ta’ala ala sayyidina Muhammad sebaik-baik makhlukNya dan atas keluarga serta sahabat seluruhnya.

Do’a al Haddad

Imam Hasan bin Syaikhul Islam Abdullah bin Alawi al Haddad telah mengumpulkan do’a yang berkah ini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
أَللّهُمَّ يَاذَالْمَـنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْـرَامِ يَا ذَالطَّوْلِ وَاْلإِنْعَامِ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِئِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأَمْنَ الْخَائِفِيْنَ . أَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْـتَنِي عِنْدَكَ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مُقَـتَّرًا عَلَيَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَتقْتِيْرَ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا وَمُوَفَّـقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْـزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ : (( يَمْحُو الله مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ)) إِلَهِي بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْـرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ اكْشِفْ عَنيِّ  مِنَ الْبَلاَءِ مَا أَعْلَمُ وَاغْفِرْ لِيْ مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ .
Ya Allah Dzat pemilik anugerah dan tidak diberikan anugerah atasNya. Wahai Dzat Maha Agung Maha Mulia. Wahai Dzat pemilik anugerah dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selainMu, Engkau tempay bersandar orang-orang yang mengungsi, tempat mencari selamat orang-orang yang mencari selamat, dan  tempat aman bagi orang-orang yang ketakutan. Jika Engkau telah menulisku di sisiMu (dalam Ummul Kitab) sebagai orang yang celaka atau terhalang, atau disedikitkan rizki maka hapuslah, Ya Allah dengan anugerahMu, kecelakaanku, keterhalanganku, dan sedikitnya rizkiku serta tetapkanlahku di sisiMu sebagai orang yang beruntung, diberikan rizki dan diberikan pertolongan menuju kebaikan karena sesungguhnya Engkau berfirman dan firmanMu itu hak dalam kitabMu yang diturunkan atas lisan NabiMu yang terutus, “Allah Menghapus apa yang Dia kehendaki dan Menetapkan dan di sisiNyalah Ummul Kitab”QS Ar Ra’ad : 39. Ya Tuhanku, dengan Tajalli (menampak) A’zham di malam Nishfu Sya’ban yang mulia yang di dalamnya diputuskan segala urusan yang kokoh dan dipastikan, singkaplah dariku bencana yang ku ketahui dan ampunkanlah bagiku apa yang Engkau lebih mengetahui.

أَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَعْظَمِ عِبَادِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا فِى كُلِّ شَيْءٍ قَسَمْتَهُ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ فَضْلٍ تَقْسِمُهُ عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ , يَا ألله لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ . أَللَّهُمَّ هَبْ لِي قَلْبًا نَقِيًّا مِنَ الشِّرْكِ بَرِيًّا لاَ كَافِرًا وَلاَ شَقِيًّا  وَقَلْبًا سَلِيْمًا خَاشِعًا ضَارِعًا . أَللَّهُمَّ امْـَلأْ قَلْبِي بِنُوْرِكَ وَأَنْوَارِ مُشَاهَدَتِكَ وَجَمَالِكَ وَكَمَالِكَ وَمَحَّبتِكَ وَعِصْمَتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِلْمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى الله تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ .
Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dari para hambaMu yang paling banyak mendapatkan jatah dan bagian dalam segala sesuatu yang Engkau bagikan pada malam ini berupa cahaya petunjukMu, rahmat yang Engkau sebarkan, rizki yang Engkau lapangkan, anugerah yang Engkau bagi kepada para hambaMu yang beriman, ya Allah tiada Tuhan selain Engkau. Ya Allah, berikanlah kepadaku hati yang bersih yang berlepas dari syirik, tidak kafir juga tidak celaka, dan hati yang selamat, tunduk dan patuh. Ya Allah, penuhilah hatiku dengan cahayaMu, cahaya-cahaya musyahadahMu, keelokanMu, kesempurnaanMu, kecintaanMu, penjagaanMu, kekuasaanMu dan ilmuMu duhai Dzat paling pengasih di antara para pengasih. Washallallahu ta’aalaa ala sayyidinaa Muhammad wa alaa aalihii washahbihi wasallim.

Do’a tersebut adalah yang paling minimal, dan sempurnanya adalah:
 إِلـهِـيْ تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ وَقَصَدَكَ وَأَمَلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ وَرَغِبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْنَ وَلَكَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَفَحَاتٌ وَعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهِبَاتٌ تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْـتَهُ مِنْ خَلْقِكَ وَتَمْنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبَقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ فَأَسْأَلُكَ يَا ألله بِأَحَبِّ اْلأَسْمَاءِ إِلَيْكَ وَأَكْرَمِ اْلأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ أَنْ تَجْعَلَنِي مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ الْعِنَايَةُ وَاجْعَلْنِي مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَأَجْزَلِ خَلْقِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقِسْمًا وَهِبَّةُ وَعَطِيَّةً فِى كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ تَهْدِي بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضُـٍّر تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا أَوْ بَلاَءٍ تَرْفَعُهُ أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِي كُلَّ شَـرٍّ وَوَفِّقْنِي اللَّهُمَّ لِمَكَارِمِ اْلأَخْلاَقِ وَارْزُقْنِي الْعَافِيَةً وَالْبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِى اْلأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِي مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ
Tuhanku, di malam ini orang-orang menghadap kepadaMu, para pencari menuju dan berharap beroleh kebaikan dan anugerahMu. Para pecinta berharap mendapat kemurahaanMu. BagiMu pada malam ini ada hembusan-hembusan rahmat, pemberian-pemberian, bonus-bonus, anugerah-anugerah, hadiah-hadiah yang Engkau anugerahkan kepada orang yang Engkau kehendaki dari pada hambaMu, yang Engkau khususkan bagi orang yang Engkau cintai dari makhlukMu dan Engkau cegah dan halangi orang yang tidak tercatat sebagai mendapat perhatianMu. Maka saya memohon kepadaMu ya Allah dengan nama-nama yang paling Engkau cukai dan Nabi paling mulia atasmu agar Engkau menjadikanku termasuk yang mendapat perhatianMu sejak semula. Jadikanlah aku termasuk orang yang paling sempurna dari para hambaMu dan paling banyak dari makhlukMu dalam jatah dan bagian, bonus dan pemberian dalam segala sesuatu yang Engkau bagikan pada malam ini atau malam setelah malam ini yang berupa cahaya petunjukMu, rahmat yang Engkau sebarkan, rizki yang Engkau lapangkan, bahaya yang Engkau singkirkan, dosa yang Engkau ampunkan, bencana yang Engkau tolak, fitnah yang Engkau palingkan, bencana yang Engkau hilangkan atau kesembuhan yang Engkau anugerahkan atau musuh yang Engkau mencukupinya (Engkau membelaku darinya. Pent), maka cukupkanlah diriku dari segala keburukan, berikanlah pertolongan kepadaku ya Allah menuju akhlak mulia, berikanlah afiyah, berkah dan keluasan rizki kepadaku dan selamatkanlah diriku dari dos, syirik dan nifak.”

أَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لُطْفٍ إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَـتْهُ وَإِنَّ لَكَ نَفَحَاتِ عَطْفٍ إِذَا لاَحَظَتْ غَرِيْقًا فِى بَحْرِ ضَلاَلَةٍ أَنْقَذَتْهُ وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتٍ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الْحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسِعَتْهُ وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرْتَ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَـتْهُ , (فَهَبْ لِي اللَّهُمَّ) مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفي مَرَضَ غَفْلَتِي وَانْفُحْنِي مِنْ عَطْفِكَ الْوَفِيِّ نَفْحَةً طَيِّـبَةً تَطْلُقُ بِهَا أَسْـرِيْ مِنْ وِثَاقِ شَهْوَتِي وَالْحَظْنِي وَاحْفَظْنِي بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلاَحَظَةً تُنْقِذُنِي بِهَا وَتُنْجِيْنِي بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلاَلَةِ وَآتِنِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ تُبْدِلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَتِي وَاسْمَعْ دُعَائِي وَعَجِّلْ إِجَابَتِي وَاقْضِ حَاجَتِي وَعَافِنِي وَهَبْ لِيْ مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِي بِهِ اْلإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللِّجَاءِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاءِ وَأَهِّلْنِيْ لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَـوَّادُ حَتَّي يَتَّصِلَ قَلْبِي بِمَا عِنْدَكَ وَتُبَلِّغُنِي بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ أَبْتَهِلُ وَأَتَضَرَّعُ إِلَيْكَ فِى طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ وَأَتَّخِذُكَ يَاإِلـهِي مَفْـزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِي وَمَطَالِبِي وَشَكْوَايَ وَأُبْدِيْ إِلَيْكَ ضُـِّري وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْـرِيْ وَمُنَاجَاتِي وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِى جَمِيْعِ أُمُـوْرِي وَحَالاَتِي .
ya Allah, sesungguhnya Engkau bagimu sepoi-sepoi kelembutan yang jika menerpa orang yang sedang sakit lupa maka akan menyembuhkannya. Sesungguhnya bagiMu hembusan kasih sayang yang jika melirik pada orang tenggelam dalam lautan kesesatan maka pasti akan menyelamatkannya. Sesungguhnya Engkau memiliki keberuntungan-keberuntungan yang jika menggandeng tangan orang yang celaka niscaya akan menjadikannya beruntung. Sesungguhnya bagiMu lembut-lembut kemurahan yang jika daya upaya  pendosa telah lemah niscaya akan memuatnya. Sesungguhnya bagiMu ada anugerah-anugerah dan nikmat-nikmat yang jika beralih kepada orang yang rusak niscaya akan menjadikannya kembali baik. Sesungguhnya bagiMu pandangan-pandangan rahmat yang jika Engkau melihat dengannya kepada orang yang lupa niscaya akan membangunkannya. Maka anugerahkanlah kepadaku Ya Allah, dari kelembutan kasih sayangMu, sepoi-sepoi yang akan menyembuhkan sakit lupaku. Hembuskan, dari kasih sayangMu yang sempurna,  kepadaku hembusan yang baik yang bisa membebaskan diriku dari belenggu syahwatku. Liriklah dan jagalah daku dengan pandangan perhatianMu dengan lirikan yang menyelamatkanku dari laut kesesatan. Berikanlah rahmatMu kepadaku di dunia dan akhirat  yang akan menggantikan kecelakaanku dengan keberuntungan. Dengarkankah do’aku. Segerakanlah pengkabulanku. Penuhilah kebutuhanku. Sehatkanlah daku. Anugerahkanlah kepadaku dari kemurahan dan kedermawananMu yang luas sesuatu yang menjadikanMu memberikan rizki taubat kepadaku-  secara serius- serta penerimaan do’a. Jadikanku layak mengetuk pintuMu untuk berdo’a duhai Dzat Maha Pemurah sehingga hatiku bersambung dengan apa yang ada di sisiMu dan menjadikanku sampai kepada tujuanMu. Duhai sebaik-baik yang Dzat yang dituju, paling mulia di antara sesembahan, saya menghadap dan mengadu kepadaMu dalam mencari pertolonganMu. Ya Tuhanku, saya menjadkanMu tempat mengungsi, melaporkan kebutuhan dan tuntutanku, pengaduanku. Saya haturkan kepadaMu kemalanganku. Saya pasrahkan kepadaMu urusan dan munajatku dan saya bersandar kepadaMu dalam segala urusan dan keadaanku”

أَللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلاَ تَبْلنِي فِيْها وَلاَ بَعْدَهَا بِسُـوْءٍ وَلاَ مَكْرُوْهٍ وَلاَ تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَةً وَلاَ زَلَّةً تُثْبِتُ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْباً وَلاَ تَبْلِنِي فِيْهَا إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ وَلاَ تُـزَيِّنْ لِي جَـرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ وَلاَ تَرْكًا لِطَاعَتِكَ وَلاَ اسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ وَلاَ شَكًّا فِى رِزْقِكَ فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحَمَاتِكَ وَعَطِـيَّةً مِنْ عَطَايَاكَ اللَّطِيْفَةِ وَارْزُقْنِي مِنْ فَضْلِكَ وَاكْفِنِي شَـرَّ خَلْقِكَ وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ اْلإِسْلاَمِ وَانْظُرْ إِلَيْـنَا بِعَيْنِكَ الَّتِي لاَ تَنَامُ وَآتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ – ثَلاَثًا –
Ya Allah, sesungguhnya malam ini adalah makhluk dari makhlukMu maka jangan Engkau mengujiku di dalamnya juga setelahnya dengan keburukan dan yang tidak menyenangkan. Jangan Engkau takdirkan atasku di dalamnya kemaksiatan, juga bukan kesalahan yang menjadikanku berdosa. Jangan Engkau mengujiku di dalamnya kecuali dengan sesuatu yang lebih baik. Jangan hiaskan kepada  diriku kelancangan bermaksiat, meninggalkan ketaatan, meremehkan hakMu, dan ragu dalam rizkiMu. Maka saya memohon kepadaMu Ya Allah, pandangan dari pandangan-pandanganMu, kasih sayang dari kasih sayang-kasih sayangMu, pemberian dari berbagai macam pemberianMu. Berikanlah kepadaku anugerahMu. Cukupkanlah daku akan keburukan makhlukMu. Jagalah agama Islam untukku. Pandanglah daku dengan mataMu yang tidak tidur. Berikanlah daku kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah saya dari siksa neraka”(3X)

إِلـهِي بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ اْلأَكْرَمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْـرٍ حَكِيْمٍِ وَيُبْرَمُ اكْشِفْ عَنَّـا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لاَ نَعْلَمُ , وَاغْفِرْ لَـنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ  - ثَلاَثًا- ( أَللَّهُمَّ) إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُـوْبِ  (أَللَّهُمَّ) إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَمَا لاَ أَعْلَمُ (أَللَّهُمَّ) إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّـا مَحْجُوْبٌ وَلاَ نَعْلَمُ أَمْـرًا أَخْتَارُهُ ِلأَنْفُسِنَا وَقَدْ فَوَّضْـنَا إِلَيْكَ أُمُـوْرَنَا وَرَفَعْـنَا إِلَيْكَ حَاجَتَـنَا وَرَجَـوْنَاكَ لِفَاقَتِـنَا وَفَقْرِنَا فَأَرْشِدْنَا يَا أَلله وَثَبِّـتْـنَا وَوَفِّقْـنَا إِلَى أَحَبِّ اْلأُمُـوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِـزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Ya Allah, dengan Tajalli A’zham di malam Nishfu Sya’ban bulan yang mulia yang didalam segala urusan agung diputuskan dan dipastika, hilangkan dariku bencana yang kami mengerti dan kami tidak mengerti. Ampunkanlah daku apa yang Engkau lebih mengerti (3x) Ya Allah sesungguhnya saya memohon yang terbaik dari yang Engkau ketahui. Saya memohon perlindunganMu akan  yang terburuk dari segala yang Engkau ketahui. Saya memohon ampunan dari segala yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadaMu yang terbaik dari apa yang Engkau ketahui dan apa yang tidak saya ketahui. Ya Allah, sesungguhnya ilmu di sisiMu adalah tertutup dariku dan saya tidak mengetahui urusan yang saya pilih untuk diri kami dan sungguh saya telah memasrahkan urusan kami  kepadaMu. Kami haturkan hajat kami kepadaMu dan kami mengharapkanMu untuk kemiskinan dan kefakiran kami maka tunjukkanlah kami Ya Allah, teguhkanlah dan berilah pertolongan kami menuju hal yang paling tericintai dan paling terpuji  di sisiMu karena sesungguhnya Engkau memutuskan apa yang Engkau kehendaki dan melakukan apa yang Engkau sukai. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya tiada upaya kecuali dengan Allah Maha Mulia Maha Agung. Maha suci TuhanMu Tuhan Maha Mulia dari segala sesuatu yang mereka sifatkan. Kesejahteraan atas para utusan. Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.washallallahu ta’aalaa alaa sayyidinaa Muhammad wa alaa aalihii washahbihi wasallam.

Bersambung.

sumber: http://www.shofwatuna.org/2014/05/madza-fi-syaban-doa-di-bulan-syaban/

Catatan Kaki:
[1] Abwabul Faraj
[2] Berkata dalam hati
[3] At Targhib wa At Tarhib lil Mundziri juz 2 hal 5 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar