Satu diantara ciri orang yang melaksanakan puasa dengan benar adalah memiliki pikiran atau kemampuan mengelola dirinya menjadi lebih jernih dan terarah. Puasa bagaikan kemudi sebuah kapal yang memiliki jangkar positif di sebelah kanan dan jangkar negatif di sebelah kiri.
Ibadah yang sifatnya regular dan frekuensinya dipertahankan akan menimbulkan keseimbangan baru dalam hormon yang pada gilirannya nanti akan melahirkan cinta.
Nah, kalau kita sudah dapat melakukan ibadah dengan niat lillahi ta’ala, maka rasa cinta kepada Allah SWT pun akan tumbuh. Saat puasa, terbentuklah perilaku baru dan anggapan bahwa ini merupakan proses yang menyenangkan.
Tubuh pun kemudian akan mengeluarkan Hormon Oksitosin yang disebut juga sebagai hormon cinta yang paling tinggi. Kalau puasa dilaksanakan dengan benar, maka kita akan berada pada kondisi gembira, tiada beban, tenang dan ikhlas karena tubuh dipenuhi zat kimia cinta.
Apakah berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak. Ketika puasa sudah dapat melahirkan cinta, Allah SWT melalui Rasulnya menguji kita dengan perintah sedekah.
Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata : “Rasulullah saw adalah orang yang paling PEMURAH, dan lebih pemurah lagi dalam bulan Ramadhan…. Sungguh Rasulullah saw sangat lebih pemurah dibandingkan ANGIN yang bertiup.”
[HR Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban]
Di sini akan terlihat apakah cinta yang kita dapatkan selama menjalankan puasa dapat benar-benar teraplikasikan untuk menolong sesama atau tidak. Kalau kita masih pelit untuk bersedekah, maka hal tersebut menjadi kontradiksi dengan cinta yang didapatkan selama puasa karena ciri cinta yang hakiki adalah keinginan yang sangat kuat untuk berbagi.
Berdasarkan berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia dan aktivitas fisiologisnya ditemukan bahwa puasa secara jelas adalah sesuatu yang sebaiknya dilakukan oleh tubuh manusia sehingga ia bisa terus melakukan aktivitasnya secara baik. Dan puasa benar-benar sangat penting dan dibutuhkan bagi kesehatan manusia sebagaimana manusia membutuhkan makan, bernafas, bergerak, dan tidur.
Pentingnya puasa bagi tubuh adalah karena puasa bisa membantu badan dalam membuang sel-sel yang sudah rusak, sekaligus sel-sel atau hormon atau pun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh.
Puasa secara kimia, tidak diakhiri ketika simpanan karbohidrat ditubuh mulai digunakan sebagai sumber energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Beda dengan pemakaian simpanan protein. Ketika simpanan protein dihabiskan untuk energi, yang mengakibatkan hilangnya masa otot, secara teknis orang bersangkutan akan merasa kelaparan.
Kurangnya masukkan energi pada orang-orang yang berpuasa, membuat tubuh harus mencari sumber energi yang tersimpan didalamnya, dan fungsi ini disebut autolisis. Autolisis adalah terpakainya simpanan lemak dalam tubuh untuk dijadikan sumber energi tubuh.
Puasa dituntunkan oleh agama Islam adalah rata-rata 13-14 jam, kemudian baru makan untuk durasi waktu beberapa jam. Ini adalah metode yang bagus untuk sistem pembuangan sel-sel atau hormon yang rusak dan membangun kembali badan dengan sel-sel baru. Puasa yang bagus bagi badan itu adalah dilakukan selama satu bulan berturut-turut dalam setahun, dan bisa ditambahkan 3 hari setiap bulan.
Puasa dan Kecerdasan
Puasa sangat membantu pandangan mata sehingga pandangan menjadi jelas sekali. Demikian juga sangat membantu dalam menganalisis ide-ide baru atau pun persepsi. Itu disebabkan oleh kurangnya zat-zat beracun yang terdapat pada oksigen bebas yang masuk ke dalam tubuh kita sehingga sel-sel dalam tubuh kita akan bekerja dengan lebih baik, termasuk sel-sel otak kita. Sehingga kecerdasan kita akan lebih meningkat. Disamping itu pula, energi yang kita gunakan untuk berfikir lebih banyak, karena saat berpuasa energi akan dialihkan sementara dari sistem pencernaan dan lebih banyak digunakan untuk aktivitas lainnya.
Puasa terbukti berupaya merangsang berbagai kecerdasan, sekurang-kurangnya tiga kecerdasan utama yaitu:
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Ketika tidak puasa, perut dan usus melakukan pencernaan makanan, tenaga dan pengaliran darah tertumpu kepada proses pengolahan makanan. Sebaliknya ketika berpuasa, tenaga dan pengaliran darah berpeluang memberi tumpuan kepada otak untuk meningkatkan daya berfikir dan ketajaman pikiran.
2. Kecerdasan Emosi (EQ)
Dengan berpuasa, emosi kita akan terdidik dan berubah kepada yang lebih stabil dan rasional. Orang yang berpuasa perlu bersabar menunggu waktu berbuka dan menjauhi perkara-perkara yang membatalkan puasa. Sifat pemarah akan berkurang, lebih bersimpati dan memahami perasaan orang lain, hati jadi lembut dan banyak hal positif berkaitan emosi.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Berpuasa juga menguatkan spiritual/rohani. Lebih dekat dengan Sang Maha Pencipta dan membangkitkan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Dengan berpuasa, kecenderungan melakukan ibadah-ibadah lain juga turut meningkat. Malah tidak jarang puasa dijadikan momentum untuk mulai berubah secara spiritual, misal membiasakan diri untuk mulai sholat, berjilbab, dst.
Konsep kecerdasan yang lahir dari puasa yang benar adalah perubahan hormonal dan perilaku (lebih rasional). Ya, puasa mengajak kita untuk berpikir rasional. Ketika rasa lapar datang, otak kita akan diajak berpikir bahwa meski rasa lapar tubuh akan baik-baik saja.
Rasa lapar tidak akan membunuh. Banyak orang miskin di luar sana yang tidak makan semala berhari-hari dan mereka masih bisa hidup. Dengan puasa kita melakukan revitalisasi otak. Otak menjadi lebih aktif berpikir.
Jadi, puasa dapat meningkatkan kecerdasan integratif. Takwa adalah nama lain kecerdasan integratif karena ia tidak hanya berupa taklid tapi juga beriman secara sistematis mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Selain itu, orang yang bertakwa akan cukup cerdas dalam memaknai yang dijalaninya dalam kehidupan ini
copas dari https://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/07/19/puasa-meningkatkan-kecerdasan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar