Beberapa ketentuan shoat berjamaah dengan anak kecil;
a. Kalau yang dikerjakan adalah sholat fardhu maka ketentuan hukumnya :
- Jika anak tersebut masih belum tamyiz, maka ulama’ sepakat sholat jama’ah tersebut tidak sah.
- Jika sudah tamyiz, maka hukumnya hukumnya khilaf. Menurut madzhab Maliki an satu riwayat dari imam Ahmad hukumnya tidak sah. Sedangkan menurut madzhab Syafi’I, Hanafi dan satu riwayat dari imam Ahmad hukumnya sah berdasarkan keterangan dari Amr bin Salamah :
“ Aku dijadikan imam pada zaman Rosululloh-shollallohu alaihi wasallam- sedangkan saat itu usiaku baru tuju tahun “
b. Kalau yang dikerjakan adalah sholat sunat maka semua ulama’ sepakat sholatnya sah jama’ahnya sah, sebab nabi pernah sholat sunat berjamaah dengan ibnu Abbas, ketika beliau masih kecil.
Shalat jama’ah dianggap sah, walaupun makmumnya seorang anak kecil atau wanita. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi:
بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَقُمْتُ أُصَلِّي مَعَهُ فَقُمْتُ عَنْ
يَسَارِهِ فَأَخَذَ بِرَأْسِي فَأَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ
Aku tidur di rumah bibiku, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bangun mengerjakan shalat malam. Lalu aku turut shalat bersamanya
dan berdiri disamping kirinya. Kemudian beliau meraih kepalaku dan
memindahkanku ke samping kanannya. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Jum’ah, Bab: Ma Ja’a Fil Witri, no. 937).Demikian juga hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِ
وَبِأُمِّهِ قَالَ
فَأَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ وَأَقَامَ الْمَرْأَةَ
خَلْفَنَا
Sesungguhnya Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengimami
dia dan ibunya. Anas berkata, “Beliau menempatkanku di sebelah kanannya
dan wanita (ibunya) di belakang kami.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Masajid Wa
Mawadhi’ Shalat, Bab: Jawazu Al Jama’ah Fin Nafilah Wash Shalat Ala
Hashir Wa Khamrah, no. 1056).Demikian juga seorang anak kecil yang telah mumayiz, boleh menjadi imam menurut pendapat yang rajih. Hal ini berdasarkan hadits Amru bin Salamah Radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi:
فَلَمَّا كَانَتْ وَقْعَةُ أَهْلِ الْفَتْحِ بَادَرَ كُلُّ قَوْمٍ
بِإِسْلَامِهِمْ وَبَدَرَ أَبِي قَوْمِي بِإِسْلَامِهِمْ فَلَمَّا قَدِمَ
قَالَ جِئْتُكُمْ وَاللَّهِ مِنْ عِنْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا فَقَالَ صَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا
وَصَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ
فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا
فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّي فَقَدَّمُونِي
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ
Ketika terjadi penaklukan kota Makkah, setiap kaum datang menyatakan
keislaman mereka. Bapakku datang menyatakan keislaman kaumku. Ketika
pulang beliau berkata,“Demi Allah, aku membawakan kepada kalian
kebenaran dari sisi Rasulullah,” lalu berkata,“Shalatlah kalian, shalat
ini pada waktu ini dan shalatlah ini pada waktu ini. Jika telah masuk
waktu shalat, hendaklah salah seorang kalian beradzan dan orang yang
paling banyak hafalan Qur’annya yang menjadi imam.” Lalu mereka mencari
(imam). Ternyata tidak ada seorangpun yang lebih banyak dariku hafalan
Al Qur’annya. Lalu mereka menunjukku sebagai imam dan aku pada waktu itu
berusia enam atau tujuh tahun.(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Maghazi, no. 3963).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar