Minggu, 01 Juni 2014

Madza fi Sya’ban: Dalil-Dalil dan Nash-Nash

seri 15

bulan-syaban

Dalam banyak hadits terdapat anjuran agar membaca sejumlah ayat-ayat dan surat-surat yang semuanya dengan maksud menghasilkan tujuan-tujuan tertentu dan memperoleh keinginan-keinginan duniawi dan bersifat pribadi bagi orang yang membaca. Berikut ini akan kami sebutkan dalil-dalil hal tersebut:

Membaca Akhir al Baqarah untuk Benteng, Penangkal dan Penjagaan

Dari Abu Mas’ud ra. Ia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُـوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَـتَاهُ
Barang siapa membaca dua ayat terakhir surat al Baqarah dalam suatu malam maka keduanya akan mencukupinya” (HR Bukhari)


Dari Abu Hurairah ra. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِـرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنَ الله حَافِظٌ وَلاَ يَقْرُبُكَ شَيْطَانٌ حَتيُّ تُصْبِحَ
Jika kamu menempati tempat tidurmu maka bacalah Ayat Kursi niscaya akan senantiasa ada penjaga dari Allah yang bersamamu dan setan tidak akan mendekat kepadamu hingga pagi” (HR Bukhari)

Dari Sahl bin Sa’ad ra. Ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ سُـوْرَةُ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَهَا فِى بَيْـتِهِ لَيْلاً لَمْ يَدْخُلِ الشَّيْطَانِ بَيْـتَهُ ثَلاَثَ لَيَالٍ وَمَنْ قَرَأَهَا نَهَارًا لَمْ يَدْخُلِ الشَّيْطَانِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ
Sesungguhnya segala sesuatu memiliki punuk dan sesungguhnya punuh Alqur’an adalah surat al Baqarah. Barang siapa membacanya malam hari di rumahnya maka setan tidak akan masuk rumahnya selama tiga malam. Barang siapa membacanya siang hari maka setan tidak akan selama tiga hari “(HR Ibnu Hibban)

Membaca sebagian Ayat untuk penjagaan dari Fitnah Dajjal

Dari Abu Darda’ ra sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَفِـظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُـوْرَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
Barang siapa menghafal sepuluh ayat dari surat al Kahfi maka ia terjaga dari Dajjal”  (HR Muslim Abu Dawud Nasai). Dalam riwayat Abu Dawud dan Nasa’i dengan teks:
عُصِمَ مِنْ فِتْـنَةِ الدَّجَّالِ
“…ia terjaga dari fitnah Dajjal”

Dalam versi lain riwayat Muslim dengan teks:
…مِنْ آخِرِ سُـوْرَةِ الْكَهْفِ
…dari akhir surat al Kahfi”

Berkah Surat Yasin bagi Orang Mati dan untuk Pemenuhan Hajat

Dari Ma’qil bin Yasar ra sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 قَلْبُ الْقُرْآنِ يس لاَ يَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ إِلاَّ غَفَرَ الله لَهُ , اقْـرَؤُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ
Hati Alqur’an adalah Yasin, seseorang tidak membacanya dengan berharap kepada Allah dan rumah akhirat kecuali Allah memberinya ampunan, bacalah Yasin atas orang-orang mati kalian” (HR Ahmad Abu Dawud Nasa’i Ibnu Majah Hakim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْـبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس وَمَنْ قَرَأَهَا كَتَبَ الله بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَـرَّاتٍ “. زَادَ فىِ الرِّوَايَةِ : “…دُوْنَ يس ”
Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati dan hati Alqur’an adalah Yasin. Barang siapa membacanya maka Allah menulis sebab membaca itu membaca Alqur’an sepuluh kali” dalam tambahan riwayat: “…tanpa Yasin” (HR Turmudzi)

Surat Tabarak untuk Keselamatan dari Siksa Kubur

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Sebagian sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam mendirikan tenda di atas kuburan karena tidak mengira bahwa itu adalah kuburan. Ternyata adalah kuburan seorang yang sedang membaca surat al Mulk sampai selesai. Sahabat itupun datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan menceritakan: ”Wahai Rasulullah, saya mendirikan tenda di atas kuburan karena tidak mengira bahwa itu kuburan. Ternyata kuburan seseorang yang sedang membaca surat al Mulk sampai selesai” Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu bersabda:
هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيْهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Dialah pencegah, dialah penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur”(HR Turmudzi)

Surat al Waqi’ah untuk Menjaga dari Kemiskinan

Dari Abu Fathimah. Sesungguhnya Utsman bin Affan ra menjenguk Abdullah bin Mas’ud yang sedang sakit. Utsman ra bertanya, ”Apa yang engkau keluhkan?” Ibnu Mas’ud menjawab, ”Dosa-dosaku” Utsman bertanya, ”Apa yang engkau inginkan?” Ibnu Mas’ud menjawab: ”Rahmat Tuhanku”. ”Apakah aku memanggil dokter untukum?” tanya Utsman. Ibnu Mas’ud menjawab: ”Dokter itulah yang membuatku sakit” Utsman bertanya, ”Maukah kamu jika aku memberikan perintah agar kamu mendapatkan pemberian?” Ibnu Mas’ud menjawab: ”Apa yang sebelum hari ini anda cegah dariku maka aku tidak membutuhkannya lagi”. ”Kamu bisa meninggalkannya untuk keluargamu” kejar Utsman. Ibnu Mas’ud berkata: Sesungguhnya saya telah mengajarkan kepada mereka sesuatu yang jika mereka membacanya maka selamanya mereka tidak akan tertimpa kemiskinan. Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْوَاقِعَةَ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ يَفْتَـقِرْ
Barang siapa membaca al Waqi’ah setiap malam maka ia tidak akan pernah miskin” (HR Baihaqi)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةِ فِى كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ
Barang siapa membaca surat al Waqi’ah dalam setiap malam maka ia tidak akan terkena kemiskinan” (Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dengan sanad dha’if, tetapi bisa diamalkan dalam al Fadha’il)

Dalam riwayat lain yang juga bersumber dari Ibnu Mas’ud ra:
مَنْ قَرَأَ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ (( إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ )) لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا
Barang siapa membaca ”Idzaa Waqa’atil Waaqi’ah” setiap malam maka ia tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya”(HR Baihaqi. Semua hadits-hadits diriwayatkan Imam Baihaqi dalam As Syu’ab)

Pengobatan dengan Alqur’an

Dasar masalah ini adalah firman Allah:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”QS al Isra’:82.

Kesembuhan yang sebenarnya dengan Alqur’an adalah kesembuhan hati dari berbagai penyakit yang membawa pemiliknya kepada kerusakan dan kehancuran serta menggiringnya kepada akibat dan tempat kembali yang buruk. Jadi dengan Alqur’an, Iman menjadi semakin kuat dan ketentraman hati semakin bertambah. Pertambahan kekuatan dan ketangguhan sangat bergantung kepada kedalaman Iman di hati sebagai bekas yang ditimbulkan oleh Alqur’an, sangat bergantung kepada kekuatan ketergantungan hati dan pengamalannya terhadap Alqur’an serta kembali dan beradab dengan Alqur’an. Hal ini tidak diragukan oleh setiap orang Islam, selamanya. Inilah kebenaran yang tidak lagi ada seorangpun membantah. Meski begitu tidak lantas menjadikan Alqur’an tidak bisa digunakan untuk pengobatan penyakit fisik dan tubuh, sebab dengan berkah Alqur’an dan berkah kekuatan aqidah, yang diharapkan akan bisa terpenuhi atas izin Allah.

Para sahabat telah menggunakan Alqur’an untuk pengobatan dalam sepengetahuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dukungan dan keikutsertaan Beliau bersama mereka dalam aktivitas ini. Dan bahkan Beliau memberikan ucapan selamat kepada mereka atas taufiq yang menakjubkan yang memberikan penuntun mereka kepada sesuatu yang mereka lakukan sebelum mendapat petunjuk dari Beliau shallallahu alaihi wasallam.

Kisah Abu Said al Khudri ra menegaskan hal tersebut seperti diriwayatkan dalam Bukhari Muslim dari Abu Said ra bahwa sekelompok sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam datang di suatu perkampungan Arab, akan tetapi penduduk kampung itu tersebut tidak mau menerima dan menyuguh mereka. ketika itulah kepala kampung tersengat. Mereka lalu datang dan bertanya (kepada rombongan sahabat): “Apakah kalian mempunyai obat, adakah di antara kalian orang yang bisa ruqyah (nyuwuk. Jawa)?” para sahabat menjawab: “Kalian tidak mau menyuguh kami, karena itu kami tidak akan melakukannya kecuali  ada bonus yang kalian janjikan untuk kami!” penduduk kampung itupun setuju dengan syarat yang diajukan dan merekapun memberikan janji berupa beberapa kambing hingga pemimpin kelompok sahabat – Abu Said al Khudri sendiri – lalu membaca Ummul Qur’an, mengumpulkan liur dan menyemburkannya di luka kepala  kampung sehingga tak lama kemudian sembuh.

Ketika kambing yang dijanjikan akan diserahkan, para sahabat itu berkata: “Jangan kalian ambil dulu sampai kita bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” merekapun bertanya dan mendengar pertanyaan tentang ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam  tertawa dan bersabda:
وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَـةٌ ؟ خُـذُوْهَا وَاضْرِبُوْا لِي بِسَهْمٍ
Darimana kalian tahu bahwa ia (al Fatihah) itu ruqyah? Ambil dan berikan bagian untukku!”(Muttafaq alaih)

Dalam buku Haula Khasha’ish al Aqur’an  telah kami sebutkan pembahasan khusus topik ini. Di sana tertulis:
Dan di antara keistimewaan Alqur’an adalah keberadaannya sebagai obat dari penyakit-penyakit fisik dengan metode Ruqyah ataupun Ta’widz. Dalil hal ini adalah sabda Beliau shallallahu alaihi wasallam:
الْقُرْآنُ هُوَ الشِّـفَاءُ
Aqur’an, dialah obat” (HR al Qudho’i dalam Musnadus Syihab. Al Munawi berkata: Sanadnya Hasan)

Dan sabda Beliau shallallahu alaihi wasallam:
خَيْرُ الدَّوَاءِ القُرْآنُ
Sebaik-baik obat adalah Alqur’an”(HR Ibnu Majah dengan sanad Hasan)

Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالشِّفَاءَيْنِ الْعَسَلُ وَالْقُرْآنُ
Tetapilah oleh kalian akan dua kesembuhan; madu dan Alqur’an” (HR Ibnu Majah Hakim. Hakim berkata: “Hadits ini shahih” Imam Dzahabi  pun menerima hadits ini. Imam Ibnu Katsir berkata: Isnadnya Jayyid)

Dalam hadits disebutkan:
مَنْ لَمْ يَسْتَشْفِ بِالْقُرْآنِ فَلاَ شِفَاءَ لَهُ
Barang siapa yang tidak berobat dengan Alqur’an maka tidak ada kesembuhan baginya” (HR Tsa’labi dengan sanad dha’if)

Jika anda merenungkan hadits-hadits tersebut maka anda akan melihat bahwa Alqur’an adalah obat  dan kesembuhan dan sesungguhnya hal itu juga ada dalam Alqur’an dalam firmanNya, ““Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”QS al Isra’:82. dan sesungguhnya obat faedahnya baru terlihat jika digunakan untuk penyembuhan, serta seyogyanya tidak usah menoleh kepada ungkapan sebagian orang yang menafisrkan kalimat (Dawa’ – Syifa’) dengan tafsiran yang menghilangkan keistimewaan Alqur’an sebagai salah satu sarana pengobatan. Hal ini karena masalah tersebut sudah dengan jelas disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam juga menggunakan Alqur’an sebagai sarana pengobatan, dan demikian pula para sahabat radhiyallahu anhum yang secara langsung mendapat pengakuan dari Beliau shallallahu alaihi wasallam. karena itu tidak ada alasan untuk menafsirkan kata Dawa’ dan Syifa’ dengan tafsiran; hal-hal maknawi dan terkait hati.

Imam Bukhari dan para pemilik kitab Sunnah menyebutkan dari Aisyah ra; “Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap malam jika hendak tidur maka Beliau mengumpulkan kedua telapak tangan kemudia meniup dalam keduanya lalu membaca Qul Huwallahu Ahad, Qul A’udzu birabbil Falaq, Qul A’udzu birabbinnas. Kemudian dengan dua telapak tangan itu Beliau mengusap seluruh tubuh yang bisa Beliau usap mulai dari kepala dan wajah dan seterusnya. Hal tersebut Beliau lakukan tiga kali”.

Dalam shahih Bukhari Muslim yang juga dari Aisyah ra: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam jika mengeluhkan sesuatu maka Beliau membaca Muawwidzat (al Ikhlas, al Falaq, an Naas) atas dirinya sendiri  dan lalu meniup. Maka ketika sakit Beliau semakin parah maka aku yang membaca atas Beliau dan mengusap tangannya dengan mengharapkan berkah bacaan-bacaan tersebut”

Dalam Musnad Ahmad dan yang lain disebutkan dari Kharijah bin Shalt at Tamimi dari pamannya yang berkata:
Kami keluar dari hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan datang di suatu perkampungan Arab. Penduduk kampung itu bertanya: “Kami mendapat berita bahwa kalian datang dari lelaki ini (Rasululllah shallallahu alaihi wasallam) dengan membawa kebaikan. Apakah kalian memiliki obat atau Ruqyah? Sungguh di antara kami ada orang gila dalam ikatan” kami mengiyakan. Mereka lalu datang kepada kami dengan membawa orang gila yang sedang diikat. Aku (Kharijah) kemudian membaca al fatihah selamatiga hari pagi dan sore. Aku kumpulkan liurku kemudian aku semburkan, maka seakan-akan ia (orang gila) itu terlepas dari ikatan.
Penduduk kampung itupun memberiku upah, tetapi aku menolak, “Tidak, sampai aku bertanya dulu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam” aku lalu bertanya dan Beliau bersabda: “Makanlah, demi umurku, orang-orang makan dengan ruqyah bathil sementara kamu makan dengan ruqyah haq” hadits ini memiliki banyak jalur dan teks dalam kitab-kitab sunnah.

Abdullah bin Ahmad meriwayatkan dalam Zawaidul Musnad  - dengan sanad yang di antaranya ada perowi dha’if – dari Ubayy bin Ka’ab ra. Ubayy berkata: Aku duduk bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seorang Badui datang dan berkata: Wahai Nabi Allah, sesungguhnya saya memiliki saudara yang sedang sakit” “Apa sakitnya?” tanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Badui menjawab: “Ia gila (Lamam/karena gangguan jin)” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Datangkanlah ia kemari!”  setelah orang gila itu di hadapan, maka Beliau shallallahu alaihi wasallam membacakan ta’widz untuknya dengan Fatihah, empat ayat permulaan al Baqarah, dua ayat “Wa ilaahukum ilaahun waahid…” QS al Baqarah: 163, ayat kursi, tiga ayat terakhir al Baqarah, satu ayat dari Ali Imran (Syahidallahu laa ilaaha illaa huwa…) dan satu ayat dari al A’raf (inna Rabbakumullah), akhir ayat al Mu’minun (fataa’lallahul malikul haqq), satu ayat surat al Jin (wa annahu ta’aalaa jaddu rabbinaa), sepuluh ayat awal surat Shaff, tiga ayat awal surat al Hasyr, Qul Huwallahu Ahad, dan al Muawwidzatain. Lelaki (gila) itupun bangkit seakan tidak pernah sakit apapun.

Imam Abu Ya’la juga meriwayatkan seperti ini, hanya saja Beliau mengatakan: “…sepuluh ayat dari surat shaff” dan tidak mengatakan: “dari awal surat shaff”

Ruqyah dengan Ayat-Ayat Syifa’

Dinukil dari Imam Syekh Abu Qasim al Qusyairi rahimahullah, bahwa anaknya sakit keras. Beliau mengatakan: “Hingga aku berputus asa. Urusan semakin sulit. Akupun bermimpi Nabi shallallahu alaihi wasallam dan mengadukan kepada Beliau tentang anakku. Beliau lalu bersabda, “Di mana kamu dari ayat-ayat Syifa’?” sampai di sini aku terbangun. Lalu berfikir, dan ternyata ayat-ayat Syifa’ itu ada dalam enam tempat dari kitab Allah ta’aalaa. Yaitu firmanN ya;
1)وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ (التوبة:14)
2) وَشِفَاءٌ لِمَا فِى الصُّـدُوْرِ (يونس 57)
3) يَخْرُجُ مِن بُطُوْنِهَا شَـرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ (النحل:69)
4) وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ (الإسراء : 82)
5) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ (الشعراء : 80)
6) قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا هُـدًي وَشِفَاءٌ (فصلت 44)
Imam Qusyairi melanjutkan: Ayat-ayat ini lalu kutulis dalam sebuah lembaran, kemudian aku menghapusnya dengan air dan meminumkannya kepada anakku. Maka seakan-akan anakku terlepas dari ikatan.

Nash-nash dan atsar ini menunjukkan dengan jelas bahwa yang asal dalam membaca Alqur’an, pertama adalah karena Allah. Kedua, mendapat petunjuk, bimbingan dan obat hati dan ruh maknawi. Kendati begitu beserta hal ini juga disyariatkan menggunakan Alqur’an sebagai jalan pengobatan dari penyakit fisik dan kiranya hal demikian telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para sahabat, tabiin dan salaf shalihin. Hal ini tidak akan meruntuhkan pondasi pertama dan juga tidak berlawanan. Justru hal ini adalah salah satu keistimewaan Alqur’an dan ciri khasnya yang  mulia. Ini sebenarnya adalah tambahan dalam keutamaan dan keunggulan serta pengaruh Alqur’an.
Bersambung.

sumber: http://www.shofwatuna.org/2014/05/madza-fi-syaban-dalil-dalil-dan-nash-nash/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar