Jumat, 13 Februari 2015

Tembang Luka



Tembang luka

Aku seperti debu
Yang tertiup angin musim kemarau
Setelah bara amarah
Memberangus ranting-ranting
Yang bernama cinta

Tak menyisakan apapun
Kecuali aroma luka
Saat setiap kata adalah sembilu
Yang meninggalkan goresan
Sayatan-sayatan kepedihan
Ingin kulepaskan segala kecewa ini
Biarkan ia terbang bersama
Sayap-sayap......kupu-kupu


kisah dibalik puisi diatas, . . .
tertulis pada penghujung bulan desember 2013, menjelang pergantian tahun.
sebenarnya puisi itu adalah letupan hati seseorang yang selama ini mendampingiku setiap hari, menemaniku dan memberikan support 100% selama masa sulit. seseorang yang selalu mempersiapkan keperluan dan kebutuhanku mulai dari hal yang kecil hingga besar. sosok yang selalu hadir menemaniku saat aku diterpa masalah. seseorang yang tidak pernah berhenti belajar untuk memahami sifat dan karakterku demi menjaga harmonis (tentram, sakinah). Dia yang selalu menyiapkan makan, pakaian, mengatur rumah, menjaga dan memperhatikan anak-anakku dengan kasih sayang, memberikanku selimut kehangatan dan semua yang aku jalani sehari-hari.
Dia tidak pernah mengeluh dan mengiba karena sesuatu yang dia anggap kecewa dan tidak mampu.
Dia tidak mengharapkan duniawi apappun dariku. bahkan dia jua tidak pernah meminta apapun selama tidak kutanya. bahkan uang belanjapun tidak dia pinta. hanya karena itu adalah kewajibanku maka sudah semestinya-lah aku memberikannya.

hanya aku . . . 
adalah orang terlalu egois dengan diri dan kesibukanku, yang selalu bergelut dengan aktivitasku. 
aku terlalu asyik dengan hobi dan kesenanganku, terlalu enjoy dengan keadaanku saat ini. 

maafkan aku, istriku . . .
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar