Sabtu, 10 Agustus 2013

Puasa Sekolah Pembersihan Diri

taushiyah abi di bulam romadlon


بسم الله الرحمن الرحيم
مَدْرَسَةُ الصَّوْمِ التَّهْذِيْبِيَّةُ
لِلصَّوْمِ حِكَمٌ عَدِيْدَةٌ يَعْتَبِرُ وَيَتَهَذَّبُ بِهَا الْمُسْلِمُ الْوَاعِى,
 وَمِنْ ذَلِكَ:
1.  الصَّوْمُ يُرَبِّيْ فِيْهِ وَيُنَمِّيْهِ مَلَكَةَ التَّقْوَى وَيُعَوِّدُهُ عَلَى الْحُضُوْعِ وَالطَّاعَةِ الَّتِى هِيَ الضَّمَّانُ لاِسْتِقَامَةِ أَمْرِهِ, وَيَتَّقِى بِهِ الْمَعَاصِيَ لِأَنَّهُ يَكْسِرُ الشَّهْوَةَ الَّتِى هِيَ مَبْدَؤُهَا. وَعَلَى هَذَا الْمَعْنَي اي الإِتِّقَاءِ يَكُوْنُ الْإِنْسَانُ مِنْ أَهْلِ التَّقْوَى إِذَا عَمِلَ مَا يَأْتِي:
أ‌-                 الْإِبْتِعَادُ عَنِ الْمَعَاصِي الْمَنْهِيِّ عَنْهَا
ب‌-          النَّدَمُ عَلَى ارْتِكَابِ أَيَّةِ مَعْصِيَةٍ
ج-   التَّأَسُّفُ عَلَى عَدَمِ فِعْلِ الْمَأْمُوْرِ بِهِ وَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا
د-    عَدَمُ الْإِصْرَارِ عَلَى ارْتِكَابِ مَعْصِيَةٍ صَغِيْرَةٍ
ه-    التَّقَلُّلُ عَنْ مَعْصِيَةٍ وَقَعَ فِيْهَا حَتَّي يَتَخَلَّصَ مِنْهَا
وَإِلَى ذَلِكَ الْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: (...لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ) البقرة:183.
2.  الصَّوْمُ اتِّصَافٌ بِصِفَةِ اللهِ تَعَالَى
دَعَا اللهُ تَعَالَى عِبَادَهُ إِلَى اْلإِتِّصَافِ بِأَوْصَافِهِ وَتَعَبَّدَهُمْ بِهَا عَلَى قَدْرِ طَاقَتِهِمْ وَوُسْعِهِمْ, وَالصَّوْمُ مِنْ أَوْصَافِهِ وَأَنَّهُ الَّذِى يُطْعِمُ وَلاَ يَطْعَمُ
وَالصَّوْمُ يُعَوِّدُ الْإِنْسَانَ عَلَى حُبِّ الْخَيْرِ وَالْإِحْسَانِ وَيُقَوِّيْ فِيْهِ عَاطِفَةَ الرَّحْمَةِ فَيَجْعَلُهُ رَقِيْقَ الْقَلْبِ طَيِّبَ النَّفْسِ حَسَّاسَ الذَّوْقِ . قَالَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ بْنُ إِدْرِيْسَ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ فىِ كِتَابِهِ  ((الْعِقْدُ النَّفِيْسُ)) ص 58:
"الْمُؤْمِنُ كُلَّمَا اتَّصَفَ بِصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ اللهِ قَرُبَ مِنْهُ إِلاَّ سُوْرَةَ اْلِإخْلاَصِ فَلاَ يُشَارِكُهُ فِى صِفَاتِهِ فِيْهَا أَحَدٌ فَإِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يُوْلَدْ لَكِنَّهُ يَلِدُ وَعِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يَلِدْ لَكِنَّهُ يُوْلَدُ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ آمَنَّا بِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ .إهـ" وَلِأَجْلِ ذَلِكَ يُؤَهِّلُهُ تَعَالَى بِصِيَامِهِ عَلَى لِقَائِهِ تَعَالَى مَعَ الْفَرَحِ التَّامِّ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [...لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ] رواه البخارى:1904. [...الصِّيَامُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ...] رواه البخارى:1894.
3.  الصَّوْمُ تَحَرُّرٌ مِنَ الْعُبُوْدِيَّةِ لِلشَّهَوَاتِ
حِيْنَ جَعَلَ اللهُ تَعَالَى اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِى الْأَرْضِ كَانَ مِنْ حَقِّهِ أَنْ يَكُوْنَ مَالِكًا لِلْأَشْيَاءِ لاَ أَنْ تَكُوْنَ مَالِكَةً لَهُ وَلِذلِكَ إِذَا اسْتَغْرَقَ الْإِنْسَانُ فِى شَهَوَاتِهِ فَقَدْ قَلَبَ الْحِكْمَةَ وَصَيَّرَ الْفَاعِلَ مَفْعُوْلاً وَالْأَعْلَى أَسْفَلَ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: [[قَالَ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِيْكُمْ إِلـهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ]] الأعراف:140. [[أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيْهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ]]الجاثية:23.
وَقَدْ عَلَّمَنَا اللهُ تَعَالَى أَنَّ صَوْمَ رَمَضَانَ يُغْنِي فِى قَطْعِ ذَلِكَ كُلِّهِ إِذَا صَامَهُ الصَّائِمُوْنَ كَمَا يَنْبَغِى أَنْ يُصَامَ وَلِذَلِكَ قِيْلَ فىِ الْحَدِيْثِ : (إِذَا سَلِمَتِ الْجُمْعَةُ سَلِمَتِ الْأَيَّامُ وَإِذَا سَلِمَ رَمَضَانُ سَلِمَتِ السَّنَةُ كُلُّهَا)  رواه الدارقطني عن عائشة (انظر: فيض القدير:685).أَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لَنَا وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً. آمِيْن.
=والله يتولى الجميع برعايته=



Puasa memiliki banyak hikmah yang bisa digunakan oleh seorang muslim terbina sebagai sarana mengambil pelajaran dan usaha membersihkan diri. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
1.    Puasa mendidik dan mengembangkan naluri bertaqwa pada pribadi seorang muslim serta membiasakannya berada dalam ketundukan dan kepatuhan yang merupakan jaminan tegaknya segala urusan. Dengan puasa seorang muslim melindungi diri dari kemaksiatan-kemaksiatan karena puasa meredam syahwat yang menjadi sumber kemakasiatan.
Berdasarkan makna melindungi ini maka manusia akan menjadi ahli taqwa jika melaksanakan hal berikut:

a.    Menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan (larangan-larangan)
b.    Menyesal karena telah melakukan kemaksiatan, apapun bentuknya
c.    Merasa sedih karena tidak menjalankan perintah meskipun hanya perintah sunnah
d.    Tidak terus menerus melakukan dosa kecil
e.    Meminimalkan kemaksiatan di mana ia terlanjur jatuh ke dalamnya sampai akhirnya secara total bisa terlepas darinya
Hal-hal tersebut adalah isyarat (yang bisa difahami) dari firman Allah; “...agar kalian bertaqwa”   
2.    Puasa sebagai upaya menumbuhkan sifat ketuhanan.
Allah Menyeru para hambaNya supaya bersifat dengan sifat-sifatNya dan menuntut mereka supaya melakukan penghambaan kepadaNya dengan sifat-sifatNya sesuai dengan kekuatan dan kemampuan mereka. Sementara puasa adalah termasuk di antara sifat-sifatNya,  dan sesungguhnya Dia Memberi makan (tetapi) Dia tidak makan.
Puasa (juga) melatih manusia agar mencintai kebaikan dan berbuat baik kepada sesama. Puasa menguatkan perasaan kasih sayang dalam diri manusia sehingga menjadikannya berhati lembut, berjiwa baik dan memiliki ketajaman rasa (dzauq). As Sayyid Ahmad bin Idris, Qaddasallahu sirrahu dalam al Iqdun Nafis hal 58 mengatakan:


“Seorang mukmin setiap kali bersifat dengan salah satu sifat-sifat Allah maka berada dekat dariNya kecuali surat al Ikhlash maka dalam sifat-sifatNya di sini tidak boleh seorangpun bersekutu denganNya karena sesungguhnya Nabi Adam alaihissalam meski tidak dilahirkan tetapi beliau melahirkan. Nabi Isa alaihissalam meski tidak melahirkan tetapi beliau dilahirkan. Sedangkan Allah subhaanahu wata’alaa tidak melahirkan serta tidak (pula) dilahirkan dan tidak ada seorangpun menyamaiNya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Kita beriman denganNya, kitab-kitab dan utusan-utusanNya.”
Dan karena itu semua Allah ta’ala dengan berpuasa Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk bisa bertemu denganNya disertai rasa bahagia sempurna seperti disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallami: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang dirasakannya; saat berbuka ia berbahagia dan saat bertemu Tuhannya ia berbahagia dengan puasanya”  “...Puasa itu milikKu dan Aku akan membalasnya (sesuai dengan ketentuanKu)...”

3.    Puasa adalah langkah membebaskan diri dari penghambaan kepada syahwat-syahwat.
Ketika Allah ta’ala telah Menjadikan manusia sebagai Khalifah di bumi maka semestinya ia berhak memiliki segala sesuatu, bukan (sebaliknya) segala sesuatu (justru) memilikinya (memperbudaknya). Karena itulah apabila manusia tenggelam dalam syahwat-syahwatnya maka sungguh ia telah membalikkan hikmah (penciptaan) dan menjadikan pelaku sebagai obyek serta yang tinggi menjadi rendah sebagaimana Allah berfirman:
“...Musa menjawab,”Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat...”
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” 

Dan sungguh Allah ta’ala telah Mengajarkan kepada kita sesungguhnya puasa ramadhan sudah cukup untuk bisa memutuskan semua hal tersebut apabila orang-orang yang berpuasa menjalani puasa sebagaimana semestinya yang karena itulah dikatakan dalam hadits: “Jika hari jum’at selamat maka hari-hari (seluruhnya) selamat. Dan jika ramadhan selamat maka seluruh tahun selamat” 
“Ya Allah, serahkanlah kami kepada ramadhan. Serahkanlah ramadhan kepada kami  dan terimalah ramadhan dari kami dengan sepenuh penerimaan!”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar