Taushiah Syahriah September 2014
oleh abina KH. Ihya' Ulumiddin
بسم الله الرحمن الرحيم
الْوَسَطِيَّةُ
وَمَزَايَاهَا
الْوَسَطِيَّةُ
مِنْ خَصَائِصِ الْأُمَّةِ الْإِسْلَامِيَّةِ وَإِلَي هذِهِ الْمَزِيَّةِ يُشِيْرُ
قَوْلُهُ تَعَالَى:[وَكَذلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُوْنُواْ شُهَدَاءَ
عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا][1][1]
وَهِيَ مُسْتَمِدَّةٌ مِنْ وَسَطِيَّةِ مَنْهَجِهَا فَهُوَ مَنْهَجٌ وَسَطٌ
لِأُمَّةٍ وَسَطٍ مَنْهَجُ الْإِعْتِدَالِ وَالتَّوَازُنِ الَّذِي سَلِمَ مِنَ
الْإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيْطِ أَوْ مِنَ الْغُلُوِّ وَالتَّقْصِيْرِ أَوْ مِنَ
الْإِنْقِبَاضِ وَالْإِنْبِسَاطِ.
وَمِنْ
مَعَانِيْهَا مَا يَلِيْ:
1.
الْخَيْرِيَّةُ,
وَقَدْ قِيْلَ: (خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا) كَمَا فَسَّرَ بَعْضُهُمْ
قَوْلَهُ تَعَالَي (أُمَّةً وَسَطًا) ايْ خِيَارًا
2.
الْعَدْلُ,
وَهُوَ التَّوَسُّطُ بَيْنَ الطَّرَفَيْنِ مِنَ الْمُتَنَازِعَيْنِ دُوْنَ مَيْلٍ
أَوْ تحَيُّزٍ إِلَى أَحَدِهِمَا. وَحَقِيْقَةُ مَعْنَي الْعَدَالَةِ الْإِنْصَافُ
.وَالْعَادِلُ هُوَ الَّذِي تَوَسَّطَ فِى حُكْمِهِ دُوْنَ مَيْلٍ وَوَازَنَ
بَيْنَ الْأَطْرَافِ بِحَيْثُ يُعْطِيْ كُلًّا مِنْهَا حَقَّهُ دُوْنَ جَوْرٍ
كَمَا جَاءَ فِى صَحِيْحِ الْبُخَارِي فىِ تَفْسِيْرِ قَوْلِهِ تَعَالَى (أُمَّةً
وَسَطًا) اي عُدُوْلًا .
3.
الْإِسْتِقَامَةُ
مِنْ حَيْثُ الْبُعْدُ عَنِ الْمَيْلِ وَالْإِنْحِرَافِ فَالْتِزَامُ الْمَنْهَجِ
الْوَسَطِ هُوَ السَّيْرُ عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ الَّذِي سَارَ
عَلَيْهِ مَنْ أَنْعَمَ اللهُ تَعَالَي عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ
وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا.
وَمِنْ هُنَا
عَلَّمَنَا اللهُ تَعَالَى أَنْ نَسْأَلَهُ الثَّبَاتَ عَلَى الْهِدَايَةِ إِلَى
الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ كُلَّ يَوْمٍ مَا لَايَقِلُّ عَنْ سَبْعَ عَشَرَةَ
مَرَّةً حِيْنَ نَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ فىِ الصَّلَاةِ.
4.
الْحِكْمَةُ
بِمَعْنَي وَضْعِ الْأَشْيَاءِ مَوَاضِعَهَا وَتَنْزِيْلُ الْأُمُوْرِ
مَنَازِلَهَا. قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِى مَعْنَي الْحِكْمَةِ: (فِعْلُ مَا
يَنْبَغِي عَلَى الْوَجْهِ الَّذِي يَنْبَغِي فِى الْوَقْتِ الَّذِي يَنْبَغِي)
وَقَالَ: (الْحِكْمَةُ أَنْ تُعْطِيَ كُلَّ شَيْءٍ حَقَّهُ وَلَا تُعْدِيَهِ
حَدَّهُ)[2][2]
5.
التَّيْسِيْرُ
وَرَفْعُ الْحَرَجِ, فَالْإِسْلَامُ دِيْنُ الْوَسَطِ لَا غُلُوَّ وَلَا جَفَاءَ
وَلَا إِفْرَاطَ وَلَا تَفْرِيْطَ وَلَا تَنَطُّعَ وَلَا تَكَلُّفَ فِيْهِ قَالَ
اللهُ تَعَالَى: [وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍ][3][3]
[يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ][4][4]
[يُرِيْدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيْفًا][5][5]
وَمِنْ
مَزَايَاهَا أَنْ تُمَثِّلَ مَا يَلِيْ:
1-
الْأَمَانُ
وَالْبُعْدُ عَنِ الْخَطَرِ فَالْأَطْرَافُ عَادَةٌ تَتَعَرَّضُ لِلْخَطَرِ
بِخِلَافِ الْوَسَطِ فَهُوَ مَحْرُوْسٌ.
2-
مَرْكَزُ
الْقُوَّةِ, فَمَرْحَلَةُ الشَّبَابِ تُمَثِّلُ مَرْحَلَةَ الْقُوَّةِ وَسَطًا
بَيْنَ ضُعْفَيْهِ ضُعْفُ الطُّفُوْلَةِ وَضُعْفُ الشَّيْخُوْخَةِ.
3-
مَرْكَزُ
الْوَحْدَةِ وَنُقْطَةُ التَّلَاقِي فَالْفِكْرَةُ الْوَسَطِيَّةُ هِيَ نُقْطَةُ
التَّوَازُنِ وَالْإِعْتِدَالِ الَّتِي يَجِبُ أَنْ تَلْتَقِيَ بِهَا الْأَفْكَارُ
الْمُتَطَرِّفَةُ الَّتِي تُثِيْرُ مِنَ الْفُرْقَةِ وَالْخِلَافِ وَالشِّقَاقِ
بَيْنَ أَبْنَاءِ الْأُمَّةِ الْوَاحِدَةِ مَا لَا تُثِيْرُهُ الْأَفْكَارُ
الْمُعْتَدِلَةُ.
وَكُلُّ هذِهِ
الْمَعَانِي مِنْ خَصَائِصِ الْوَسَطِيَّةِ وَدِلَالَاتِهَا وَالْآيَاتُ وَالْأَحَادِيْثُ تُؤَكِّدُ ذلِكَ
وَلَنْ نَسْتَطِيْعَ أَنْ نُدْرِكَ حَقِيْقَةَ الْوَسَطِيَّةِ إِلَّا إِذَا
فَهِمْنَا تِلْكَ الْمَعَانِي وَإِلَّا تُصْبِحُ الْوَسَطِيَّةُ قَوْلًا
نَظَرِيًّا لَا وُجُوْدَ لَهَا فِى الْوَاقِعِ.
= والله يتولي
الجميع برعايته =
Moderasi Islam dan Keistimewaannya
Sikap mengambil jalan tengah (Wasathiyyah) adalah termasuk di antara
keistimewaan-keistimewaan umat ini. Keistimewaan ini diisyaratkan oleh firman
Allah: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi-saksi atas( penyimpangan
perbuatan) manusia (umat terdahulu) dan agar Utusan (Rasulullah Saw) menjadi
saksi atas kalian“[6][6]
Dan kiranya keistimewaan ini bisa difahami dari manhajnya, yaitu manhaj
wasath bagi umat wasath, tepatnya manhaj i’tidal dan tawazun
(sebanding dan seimbang) yang selamat dari ifrath dan tafrith (terlalu
dan teledor), ghuluww dan taqshir
(melewati batas dan meremehkan) serta inqibadh dan inbisath
(eksklusif dan inklusif).
Termasuk makna Wasathiyyah adalah seperti berikut:
1.
al Khairiyyah, sungguh telah dikatakan: “Sebaik-baik perkara adalah yang paling
tengah-tengah), sebagaimana sebagian
ahli tafsir menafsirkan firman Allah (ummatan wasathan) yaitu umat-umat
yang pilihan.
2.
al Adlu, yaitu bersikap tengah-tengah di antara dua kelompok yang berlawanan
tanpa cenderung atau mendukung kepada salah satu di antara keduanya. Esensi
keadilan adalah bertindak secara obyektif. Orang yang adil adalah orang yang
mengambil jalan tengan dalam keputusannya tanpa ada kecenderungan (ke salah
satu kkelompok), dan mempertimbangkan segala aspek sehingga bisa memberikan hak
masing-masing tanpa ada penyimpangan sebagaimana dalam Shahih Bukhari tentang
tafsir firman Allah ta’ala (ummatan wasathan) yaitu umat-umat
yang adil.
3.
al Istiqamah, yaitu jauh dari penyimpangan dan penyelewengan. Jadi menetapi manhaj
wasath adalah berjalan di atas jalan lurus seperti yang dijalani oleh
orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah dari para nabi, shiddiqin,
syuhada’ dan shalihin. Sungguh mereka adalah kawan-kawan terbaik. Dari sinilah
kemudian Allah memerintahkan kita agar memohon kepadaNya keteguhan berada di
jalan lurus tidak kurang tujuh belas kali dalam setiap hari ketika kita membaca
alfatihah dalam shalat.
4.
al Hikmah, dengan makna meletakkan segala sesuatu di tempatnya dan
memposisikan semua urusan pada jalurnya. Tentang makna hikmah, Ibnul
Qayyim berkata: (Melakukan hal yang semestinya dengan cara semestinya pada
waktu yang semestinya) beliau berkata: (Hikmah adalah kamu memberikan
segala sesuatu akan haknya dan tidak pula kamu membawanya melewati batasnya)[7][7]
5.
at Taisir dan Raf’ul Charaj, memudahkan dan menghilangkan kesusahan. Islam
adalah agama yang tengah-tengah, tak ada ghuluww, jafa’ (susah menerima
saran), ifrath, tafrith, tanatthu’
(mempersulit diri) dan takalluf (memaksakan diri). Allah
berfirman: “dan Allah tidak menjadikan atas kalian kesusahan dalam beragama”[8][8] “Allah berkehendak memudahkan kalian dan Dia tidak berkehendak
mempersulit kalian”[9][9] “Allah
berkehendak meringankan kalian, dan adalah manusia diciptakan dalam keadaan
lemah”[10][10]
Dan di antara keistimewaan bersikap moderat adalah mewujudkan hal-hal
berikut:
1-
Keamanan dan jauh dari
bahaya. Sikap-sikap ekstrem bisa membawa kepada bahaya, berbeda dengan
tengah-tengah, maka sungguh ia akan terjaga.
2-
Pusat kekuatan. Masa muda
(syabab) adalah masa kekuatan yang berada di tengah-tengah dua masa
lemah; lemah masa kecil dan lemah masa tua.
3-
Pusat persatuan dan titik
pertemuan. Pemikiran yang tengah-tengah (moderat) adalah titik keseimbangan dan
kesebandingan yang di situlah pemikiran-pemikiran ekstrem harus bertemu karena
ia (pemikiran-pemikiran ekstrem) telah memicu sebuah hal yang tidak akan dipicu
oleh pemikiran yang tengah-tengah, yaitu berupa perpecahan, perselisihan dan
konflik di antara putera-putera umat yang satu.
Semua makna ini adalah termasuk di antara keistimewaan dan hasil yang
ditunjukkan oleh Wasathiyyah (moderasi islam). Ayat-ayat dan
hadits-hadits kiranya menguatkan hal tersebut. Dan kiranya kita tidak mungkin
bisa mendapatkan hakikat Wasathiyyah kecuali kita memahami makna-makna
tersebut. Jika tidak demikian halnya maka Wasathiyyah hanya akan menjadi
sekedar wacana yang tidak pernah
adalah dalam realita.
=
والله يتولي الجميع برعايته =